CAVING
Pengertian dan Sejarah Penelusuran Gua 'Caving' yakni Caving berasal dari kata Cave= Gua. Sedangkan orang yang menelusuri gua disebut caver. Jadi caving bisa diartikan sebagai kegiatan penelusuran gua yang mana merupakan salan satu bentuk kegiatan dari Speleologi. Sedangkan Speleologi secara morfologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu : Spalion = Gua dan Logos = ilmu. Jadi, secara harfiah Speleologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang gua, tetapi karena perkembangan speleologi itu sendiri, spleologi juga mempelajari tentang lingkungan disekitar gua.
Sejak beberapa ratus tahun yang lalu gua telah di selidiki, terutama di Jerman dan Prancis, namun baru pertengahan abad ke-19 dijadikan obyek yang serius yang lebih di kenal dengan nama speleologi. Sejarah Dan Perkembangannya Manusia mulai menelusuri gua sejak 200 tahun yang lalu. Eksplorasi pertama yang tercatat dalam sejarah oleh Louis Marsalliers dengan meneruni gua vertical Fairies di Languedoc, Prancis pada tanggal 15 juli 1780. Kemudian pada tanggal 27 juli 1888 Eduard Alfred martel, ahli hukum dari Paris mengikuti jejak Marselliers. Namun kali ini direncanakan lebih matang dengan menggunakan peralatan yang lebih lengkap, diantaranya perahu kanvas, katrol, tangga gantung. Bahkan telepon digunakanya dalam tanah. Usaha ini dianggap revolusi di dalam bidang penelusuran gua, sehingga ia di sebut Bapak Speleologi modern.
Dapat dimengerti bahwa dunia gelap abadi yang penuh bahaya, seram dan asing, didukung dengan gemerciknya air, gema suara dan jatuhnya batu-batuan, gemuruhnya air terjun yang tidak terlihat, menganganya lantai yang menjadi jurang yang tidak terukur dalamnya, menyempitnya lorong secara mendadak, semua ini akan menimbulkan pengaruh emosional yang kuat bagi penjelajah gua yang awam, di zaman modern sekalipun. Tapi mengapa penelusuran gua yang mereka masuki tidak ada ujungnya ? Mengharap belokan yang mereka masuki belum pernah di lihat orang sebelumnya. Itulah kepuasaan yang tidak terjawab bila lampu yang di bawanya menyoroti teka-teki alam gelap yang menakjubkan.
SEJARAH PERKEMBANGAN SPELEOLOGI DI INDONESIA
Di Indonesia speleologi relative sangat mudah dibandingkan dengan science yang lain. Dan juga merupakan kegiatan alam yang masih baru, jika di bandingkan dengan kegiatan petualangan yang lain. Speleologi baru berkembang sejak tahun 1980-an, dengan berdirinya sebuah klub dengan nama “ SPECAVINA “ yang didirikan oleh NORMAN EDWIN (alm) dan Dr. R.K.T. Ko Ketua HIKESPI sekarang. Namun karena ada perbedaan prinsip dari keduanya maka terpecah menjadi himpunsan yang berbeda aliran : Norman Edwin mendirikan klub yang di beri nama “ GARBA BUMI “. Klub yang didirikan Norman Edwin berkiblat ke Petualngan, olah raga, publikasi. Garba Bumi berpusat di Jakarta. Dr.R.K.T. Ko pada tahun 1984 mendirikan dengan sifat yang berbeda, yang merupakan satu Himpunan yang bernama “ Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia (HIKESPI) “. Himpunan ini bertujuan : ilmiah, penelitian, konservasi, dll. HIKESPI berpusat di Cisarua Bogor. Ada Beberapa Pengertian Penelusuran Gua "Caving' menurut para ahli Penemu mamupun para Caver, yakni :
Menurut IUS (International Union of Speleology) anggota komisi X UNESCO PBB : “Gua adalah setiap ruang bawah tanah yang dapat dimasuki orang”.
Menurut R.K.T.ko (Speleologiawan) : “Setiap ruang bawah tanah baik terang maupun gelap, luas maupun sempit, yang terbentuk melalui system percelahan, rekahan atau aliran sungai yang membentuk suatu lintasan aliran sungai dibawah tanah.”
Adapun Sejarah Penelusuran Gua 'Caving', yang dimulai dari tahun ke tahun, yakni :
Penelusuran Gua dimulai oleh John Beaumont, ahli bedah dari Somerset, England (1674) ia seorang ahli tambang dan geologi amatir.
Orang yang paling berjasa mendeskripsikan gua-gua antara tahun 1670-1680 adalah Baron Johann Valsavor dari Slovenia. Ia mengunjungi 70 goa, membuat peta, sketsa dan melahirkan buku setebal 2800 halaman.
Joseph Nagel, pada tahun 1747 berhasil memetakan system perguaan di kerajaan Astro-Hongaria.
Stephen Bishop, pemandu wisata gua yang paling berjasa dan membawa gua Mammoth diterima UNICEF sebagai warisan dunia.
Etika, Moral dan Kewajiban Penelusuran Goa Etika, Moral dan Kewajiban Penelusuran Goa tentunya hal yang sangt penting diketahui terlebihi dahulu oleh para Penelusur Goa. Mengapa hal tersebut dianjurkan dan sangat diutamakan, disebabkan banyaknya hal-hal yang belum diketahui dalam Kegiatan Caving ini. Apalagi bagi para penelusur Goa yang baru mengenal situasi saat Caving.
Ada beberpa hal yang perlu di tinjau dan diperhatikan dalam Etika, Moral dan Kewajiban Penelusuran Goa sebelum melakukan Caving, Ddisetiapa kegiatan Penelusuran Goa, dimanapun, Kapanpun dan siapapun itu, Yakni :
Kode etik penelusur goa dibuat karena goa merupakan lingkungan yang sangat sensitif dan mudah tercemar. Kode etik ini antara lain :
a) TAKE NOTHING BUT PICTURE (Jangan Mengambil Apapun Kecuali Gambar)
b) LEAVE NOTHING BUT FOOTPRINT ( Jangan Meninggalkan Sesuatu Kecuali Jejak)
c) KILL NOTHING BUT TIME ( Jangan Membunuh/Memotong Sesuatu Kecuali Waktu)
CAVE SOFTLY
a) Setiap penelusur gua sadar bahwa setiap bentukan alam di dalam goa dibentuk dalam kurun waktu ribuan tahun.
b) Setiap menelusuri gua dan menelitinya dilakukan oleh penelusur gua dengan penuh respek tanpa mengganggu dan mengusir kehidupan biota di dalam gua.
c) Setiap penelusur menyadari bahwa kegiatan speleologi dari segi olah raga maupun ilmiah bukan merupakan usaha yang perlu dipertontonkan dan tidak butuh penonton.
d) Para penelusur tidak memandang rendah diantara sesama penelusur, begitu juga sebaliknya penelusur akan dianggap melanggar etika apabila memaksakan kehendaknya padahal persiapan kurang.
Respek terhadap sesama penelusur gua ditunjukkan dengan cara
Tidak menggunakan bahan / peralatan, yang ditinggalkan rombongan lain, tanpa izin mereka.
Tidak membahayakan lainnya, seperti melempar suatu benda ke dalam goa bila ada orang di dalam gua.
Tidak menghasut penduduk untuk menghalangi rombongan penelusur
Jangan melakukan penelitian yang sama, apabila diketahui ada rombongan lain melakukan penelitian yang sama tapi belum dipublikasikan.
Jangan menganggap anda penemu sesuatu apabila anda belum melakukan mencari informasi. Setiap usaha penelusuran merupakan usaha bersama. (jangan menonjolkan kemampuan pribadi dan ingat bahwa penelusur adalah tim)
Jangan menjelekkan nama sesama penelusur.
Kewajiban penelusur goa
Menjaga lingkungan baik kebersihan, kelestariannya, dan kemurniannya.
Konservasi lingkungan gua merupakan tujuan utama penelusur goa.
Wajib memberi pertolongan kepada penelusur lain apabila membutuhkan pertolongan sesuai dengan kemampuan.
Menjaga sopan santun dengan penduduk sekitar.
Izin resmi
Wajib memberitahukan kondisi berbahaya pada penelusur lain tentang kondisi sekitar lingkungan goa atau di dalam goa.
Sesuai dengan pandangan NSS dari USA, dilarang memamerkan benda-benda mati atau hidup didalam gua untuk lingkungan NON penelusur gua dan NON Speleologi. Hal ini untuk menghindari dorongan kuat yang hampir pasti timbul, untuk ikut mengambil benda-benda itu guna koleksi pribadi atau untuk melakukan penelusuran gua tanpa pengetahuan teknis dan ilmiah yang cukup. Bila perlu hanya di pamerkan dalam bentuk foto-foto tanpa menyebutkan lokasi
NSS juga tidak menganjurkan usaha mempublikasikan penemuan-penemuan di dalam gua atau lokasi dari gua sebelum diyakini betul adanya pelestarian oleh yang berwenang, yang memadai. Perusakan lingkungan gua oleh orang awam menjadi tanggung jawab si penulis berita, apabila mereka mengunjungi gua-gua itu sebagai akibat publikasi dalam media massa
mempunyai pengetahuan tentang penggunaan peralatan itu
Setiap penelusur wajib melatih diri dalam berbagai keterampilan gerak penelusuran gua dan keterampilan menggunakan peralatan sekalipun dalam waktu-waktu non aktif
Setiap penelusur gua wajib membaca berbagai publikasi mengenai gua dan lingkungannya agar pengetahuan tentang Speleologi tetap berkembang, bagi yang mampu melakukan penyelidikan atau opservasi ilmiah diwajibkan melakukan publikasi agar sesama penelusur dapat menarik manfaat dari makalah-makalah itu.
Penelusuran GOA
P
engertian Dan Macam Gua
Pengertian gua adalah “suatu lorong bentukan alamiah dibawah tanah yang bias dilalui oleh manusia, yang hanya bisa dilalui hewan saja disebut gua mikro”. Dalam hal ini yang dimaksud adalah gua alam, namun ada juga gua buatan manusia seperti
tempat perlindungan perang dan lain-lain. Gua alam dibagi dalam beberapa jenis berdasarkan letak dan batuan pembentuknya, yaitu :
Gua lava : terbentuk akibat pergeseran permukaan tanah akibat gejala keaktifan vulkanologi, biasanya sangat rapuh karena terbentuk dari batuan muda (endapan lahar) dan tidak memiliki ornamen batuan yang khas
Gua litoral : sesuai namanya terdapat di daerah pantai, palung laut ataupun di tebing muara sungai, terbentuk akibat terpaan air laut (abrasi)
Gua batu gamping (karst) : adalah fenomena bentukan gua terbesar (70% dari seluruh gua di dunia). Terbentuk akibat terjadinya peristiwa karst (pelarutan batuan kapur akibat aktifitas air) sehingga tercipta lorong-lorong dan bentukan batuan yang sangat menarik akibat proses kristalisasi dan pelarutan gamping. Diperkirakan wilayah sebaran karst Indonesia adalah yang terbesar di dunia
Gua pasir, gua batu halit, gua es dsb. : adalah bentukan gua yang sangat jarang dijumpai di dunia, hanya meliputi 5% dari seluruh jumlah gua di dunia.
Fungsi Gua
Tempat berlindung (primitif) manusia dan hewan
Tempat penambangan mineral (kalsit/gamping, guano) tempat perburuan (walet, sriti, kelelawar)
Obyek wisata alam bebas dan minat khusus
Obyek sosial budaya (legenda, mistik) – gudang air tanah potensial sepanjang tahun
Laboratorium ilmiah yang peka, lengkap dan langka
Indikator perubahan lingkungan paling sensitive
Fasilitas penyangga mikro ekosistem yang sangat peka dan vital bagi kehidupan makro ekosistem di luar gua.
CAVING
Caving adalah kegiatan penelusuran gua. Secara umum menurut ketentuan internasional, setiap kegiatan penelusuran gua harus mempunyai tujuan ilmiah dan konservasi (berlaku untuk gua alam bebas). Sedangkan bila untuk tujuan wisata maka hanya diperkenankan pada gua-gua khusus yang telah dibuka sebagai obyek wisata dan telah dikelola secara profesional, lintas sektoral dan terpadu.
Proses Terjadinya Gua Dan Jenisnya
Dua unsur penting yang memegang peran terjadinya gua, yaitu rekahan dan cairan. Rekahan atau lebih tepat disebut sebagai “zona lemah”, merupakan sasaran bagi suatu cairan yang mempunyai potensi bergerak keluar. Cairan ini dapat berupa larutan magma atau air. Larutan magma menerobos ke luar karena kegiatan magmatis dan mengikis sebagian daerah yang dilaluinya. Apabila kegiatan ini berhenti, maka bekas jejaknya (penyusutan magma cair) akan meninggalkan bentuk gua, lorong, celah atau bentuk lain semacamnya. Ini sering disebut gua lava, biasanya di daerah gunung berapi. Proses yang terjadi terhadap batuan yang dilaluinya, tidak hanya proses mekanis, tetapi juga proses kimiawi. Karenanya, dinding celah atau gua, biasanya mempunyai permukaan yang halus dan licin. Pembentukan gua lebih sering terjadi pada jenis batuan gamping, karst, dengan komposisi dominan Kalsium Karbonat (CaCO3), disebut gua batu gamping. Batuan ini sangat mudah larut dalam air, bisa air hujan atau air tanah. Oleh karenanya, reaksi kimiawi dan pelarutan dapat terjadi di permukaan dan di bawah permukaan. Tetapi sering kali ditemukan juga mineral-mineral hasil reaksi yang tidak larut di dalam air, misalnya kuarsa dan mineral ‘lempung’. Lazimnya bahan-bahan ini akan membentuk endapan tersendiri. Sedangkan larutan jenuh kalsium, di tempat yang tidak terpengaruh oleh tenaga mekanis, diendapkan dalam bentuk kristalin, antara lain berupa stalagtit dan stalagmit, yang tersusun dari mineral kalsit, dan variasi-variasai ornamen gua lainnya yang menarik untuk dilihat. Air cenderung bergerak ke tampat yang lebih rendah. Sama dengan yang terjadi di bawah permukaan. Sama dengan yang terjadi di bawah permukaan. Hal ini berakibat daya reaksi dan pengikisan bersifat kumulatif. Tidak heran betapapun kecilnya sebuah celah tempat masuknya air di permukaan dapat menyebabkan hasil pengikisan berupa rongga yang besar, bahkan lebih besar di tempat yang lebih dalam. Rongga yang terbentuk mestinya berhubungan pula, hal ini mungkin karena sifat air yang mudah menyusup ke dalam celah yang kecil dan sempit sekalipun. Ukuran besarnya gua tidak hanya tergantung pada intensitas proses kimiawi dan pengikisan yang berlangsung, akan tetapi juga ditentukan oleh jangka waktu proses itu berlangsung. Sedangkan pola rongga yang terjadi di bawah permukaan tidak menentu. Seandainya ditemukan pola rongga yang spesifik (mengikuti arah tertentu) maka dapat diperkirakan faktor geologi ikut berperan, misalnya adanya sistim patahan atau aspek geologis lainnya.
Selain jenis lava dan batu gamping yang dapat menyebabkan terjadinya gua, jenis batu pasir juga kadang-kadang memungkinkan terjadinya gua, demikian pula batuan yang membentuk lereng curam di tepi pantai. Kedua jenis batuan yang terakhir ini, biasanya mengakibatkan terjadinya gua yang tidak begitu dalam. Tenaga yang mempengaruhinya adalah tenaga mekanis berupa hantaman air atau hempasan ombak. Gua yang terjadi di sini disebut gua laut. Di dalam proses pembentukan lorong ada banyak sekali kemungkinan bentuk, termasuk juga pembentukan apa yang kemudian kita sebut sebagai ornamen gua atau speleothem, beberapa ornamen yang memiliki sifat sama diberi nama :
1. Aragonite : Crystalline / cristal yang terbentuk dari CaCO3, jarang dijumpai.
2. Flow Stone : Kalsit (Calsite) yang terdeposisi (diendapkan) pada dinding lorong gua.
3. Gours : Kumpulan kalsit yang terbentuk di dalam aliran air atau kemiringan tanah. Aliran ini mengandung banyak CO2. Semakin CO2 memuai (menguap), kalsit yang terbentuk semakin banyak.
4. Helectite : Formasi gua yang timbul dengan sudut yang berlawanan dari gaya tarik bumi. Biasanya melingkar.
5. Marble : Batu gamping yang mengalami perubahan bentuk dimetamorfasekan oleh panas dan tekanan sehingga merubah struktur yang unik dari batu tersebut.
6. Stalactite : Formasi kalsit yang menggantung
7. Stalacmite : Formasi kalsit yang tumbuh ke atas, di bawah atap stalactite.
8. Straw : seperti stalactite tapi diameternya kecil, sebesar tetasan air.
9. Styalalite : Garis gelombang yang terdapat pada potongan batu gamping.
10. Pearls : Kumpulan batu kalsit yang berkembang di dalam kolam di bawah tetesan air. Disebut pearls karena bentuknya mirip mutiara.
11. Curtain : Endapan yang berbentuk seperti lembaran yang terlipat, menggantung di langit-langit gua atau di dinding gua.
12. Column
13. Couli Flower
14. Rimstone Pool : Berbentuk seperti bendungan yang berbentuk ketika terjadi pengendapan air, CO2-nya menghilang dan menyisakan kalsit yang bersusun-susun
Gua adalah bentuk alam yang tidak berdiri sendiri, tetapi terdapat struktur alam yang melingkupinya, ilmu yang mempelajari hal tersebut adalah Speleologi. Speleologi diambil dari kata yunani ; yakni, SPELION yang berarti gua, dan LOGOS yang berarti ilmu. Jadi Speleologi adalah ilmu yang mempelajari gua dan lingkungan. Lingkungan tersebut dapat berupa batu gamping, batu pasir, aliran lava yang membeku, batu garam, batu gips, gletser,es, dsb.
Dalam perkembanganya Ilmu Speleologi memiliki hubungan yang erat dengan ilmu-ilmu yang lain diantaranya:
-Geomorfologi
-Klimatologi
-Hidrologi
-Geologi
-Biologi
-Antropolgi
-Arkheologi
-Palentologi.
PERMINTAKAT GUA
Berdasrakan intensitas cahaya, morfologi gua, dan kedalamannya, gua di bagi menjadi 4 mintakan /zona/daerah, yaitu :
1. Mintakat/zona terang, terdapat di mulut gua.
2. Mintakat/ zone senja (twiligt zone), dengan ciri-cirinya :
- Cahaya remang
- Suhu berfluktuasi
3. Mintakat peralihan, dengan ciri-cirinya :
- Gelap
- Suhu berfluktuasi
4. Mintakat gelap abadi, ciri-cirinya :
- Gelap total
- Suhu constant.
- Kelembaban constant.
Lingkungan inipun bagi organisme gua masih di stratifikasikn secara vertical menjadi :
- Lantai gua
- Dinding gua
- Atap gua.
Jenis organisme di kategorikan bersifat sesuai media hidupnya, yang tergolong :
- Organisme avia fauna : Paling leluasa berpindah tempat
- Organisme aqua fauna : Masih dapat berpindah tempat secara leluasa, terutama bila gua tersebut di jumpai adanya aliran air, atau saat dilanda banjir.
- Organisme Terestrial fauna : Paling terikat habitatnya karena dibatasi oleh lantai, dinding, atap gua juga genangan air.
Pembagian ini sangat penting bagi para peminat biospeologi karena artinya mengungkapkan tabir system ekologi yang berlaku bagi organisme itu.
TEKNIK DALAM PENELUSURAN GUA
1. Gua Horisontal
Medan pada gua horizontal sangat bervariasi, mulai dari lorong kering yang sangat mudah ditelusuri, sampai dengan lorong yang sangat membutuhkan teknik yang khusus untuk dapat melewatinya.
Lumpur
Lorong yang berlumpur dapat dilewati dengan mudah kalau Lumpur tersebut tidak terlalu tebal, tetapi dalam ketinggian Lumpur sampai di lutut atau bahkan sampai setinggi perut kita tidak dapat dengan mudah melaluinya, kita harus dapat bergerak seperti berenang. Dengan posisi ini kita akan lebih mudah bergerak dan menghemat tenaga.
Air.
Untuk lorong yang berair kita harus mengetahui seberapa dalam airnya. Kadang kita harus berenang di dalam gua. Yang harus diingat berenang di dalam gua sangat berbeda dengan berenang di kolam renang, Karena di dalam gua kita menggunakan pakaian lengkap dengan sepatu lapangan bahkan kadang kala kita harus membawa perlengkapan seberat 10 kg.
Dalam kondisi ini pemakaian pelampung sangat berguna, selain untuk menghemat tenga juga memudahkan dalam bergerak. Untuk gua yang airnya sangat panjang, melewatinya dapat di gunakan perahu karet. Ada lagi lorong yang hampir di penuhi dengan air, hanya sedikit ruangan yang tersisa. Untuk melewati lorong seperti ini kita harus melakukan DUCKING yaitu kepala mengadap ke atas (tengadah keatap). Kadang–kadang kita melakukan ducking ini sambil jongkok bahkan dengan berbaring, apabila badan kita tidak dapat masuk seluruhnya.
Climbing
Dalam suatu penelusuran gua terkadang kita menjumpai air terjun ataupun lorong lain yang terletak di atas. Untuk dapat melanjutkan penelusuran kita harus memanjat, seperti menggunakan pengaman sisip, bor tebing untuk pemasangan lintasan.
Gua Tertutup Air.
Satu-satunya cara untuk melewati Sump adalah dengan melakukan diving (selam), dengan set diving atau free diving.
2. Gua Vertikal
BiasTanya untuk penelusuran gua vertical digunakan system SRT. SRT (Single Rope ecnique) yaitu teknik untuk melintasi lintasan vertical yang berupa satu lintasan tali. Teknik ini mengutamakan keselamatan dan kenyamanan saat melintasi tali.
Ada beberapa macam system SRT yang biasa digunakan orang :
1. Texas system
Menggunakan 2 hand Ascender yang dihubungkan dengan Cowstail yang ujung pendek di posisi bawah di tambah foot loop, sedangkan yang lain dilewatkan ke dalam penyambung chest harness dan dipegang tangan.
2. Frog Rig System
Sistem ini sering di sebut dengan sit and stand system, karena saat meniti tali digerakan seperti orang berdiri lalu duduk, sampai saat ini cara ini paling banyak digunakan karena kenyamanan, keamanan dan kecepatan.
Selain system tersebut masih ada lagi system yang lain, seperti :
- System Rope Walker
- Michele System
- Floting cam Sistem
- Jummar system
Lintasan Vertikal
Ada beberapa macam variasi lintasan yang dapat kita temui :
1. Intermediate
Lintasan ini bertujuan untuk menghindari friksi pada dinding gua dengan membuat anchor pada titik gesekan. Dengan kata lain intermediate adalah stasiun tali utama yang kedua. Karena kita tidak mungkin melakukan ascending, yang dikawatirkan tali utama akan mengalami friksi yang sangat, dengan dinding gua. Berarti disini kita akan pindah lintasan ke tali utama yang kedua.
Caranya seperti berikut.
1. Pasang Cowstail pendek pada anchor, pada saat posisi descender sejajar dengan anchor.
2. Turunkan lagi sampai beban badan ada pada cowstail pendek.
3. Pasang cowstail pada hanging belay, buka ascender yang sudah bebas beban.
4. Pasang tali bawah pada descender, jangan lupa membuat posisi terkunci pada descender.
5. Buka cowstail pendek, caranya dengan berdiri pada foot loop.
6. Buka kunci dan lanjutkan Ascending.
2. Deviasi
Lintasan ini juga untuk menghindari friksi tali dengan dinding gua dengan menarik tali ke arah luar dari titik gesekannya.
Deviasi berfungsi hampir sama dengan intermediate, hanya dalam deviasi tidak bisa di kenakan beban tubuh kita, karena hanya berfungsi sebagai pengaman tali agar tidak friksi dengan dinding gua. Adapun teknik descending adalah sebagai berikut :
- Kunci descender pada saat descender menekan runner.
- Pasang Cowstail pada runner.
- Buka runner dan pasang di atas descendeer dan lanjutkan dengan ascending.
3. Lintasan Sambungan Tali
Rintangan ini berupa simpul yang menyambung 2 buah tali pada satu lintasan vertical.
Hal ini sering kali kita jumpai pada saat melakukan penelusuran gua bila tali utama tidak cukup sampai ke dasar, kita harus menyambung tali. Cara ascending melalui sambungan tali adalah sebagai berikut :
1. Pasang Cowstail pada safety loop figure of eight knot.
2. Pindahkan foot loop Jummar ke tali atas sambungan.
3. Buka descender dan pasang tali bawah ke descender dan buat poisi mengunci.
4. Buka croll dengan bantuan foot loop.
5. Lanjutkan dengan descending setelah melepas Cowstail dan foot Loop jummar
PERALATAN PENELUSURAN GUA
Peralatan Pribadi (Personal Equipment)
Adapun yang termasuk peralatan pribadi adalah :
1. Helm Speleo
Helm ini dirancang mampu menahan jatuhan dari berbagai sisi tertentu dan ketinggian tertentu. Pada bagian depan terdapat tambahan peralatan yang berfungsi sebagai alat penerangan.
2. Boom (Generator Karbit/Lampu Karbit)
Alat yang berupa tabung yang dihubungkan ke helm. Terdiri dari 2 bagian, tabung atas berguna untuk menampung air, yang dilengkapi dengan regulator, saluran gas dan tempat pengisian air. Tabung bawah di gunakan untuk mengisi karbit.
3. Alat Penerangan
- Elektrik : senter, head lamp
- Non Elektrik : karbit, lilin.
4. Cover All (Baju Lapangan).
Adalah sebuah pakaina khusus untuk penelusuran gua. Pakaian ini pada bagian atas dan bawah tersambung, bagian atas berlengan panjang. Terbuat dari parasut yang tidak terlalu tebal dengan bagian yang sering mendapatkan gesekan di buat dengan bahan yang lebih tebal.
5. Sepatu
Sepatu yang biasa digunakan adalah sepatu karet dan sepatu yang biasa digunakan oleh militer.
6. Sarung Tangan
Berfungsi untuk melindungi tangan dari panas karena gesekan tali, maupun dari gesekan dinding gua yang tajam dan kasar.
7. Pelampung
Digunakan pada penelusuran gua-gua berair.
8. Masker
Digunakan untuk menghindari/mengurangi terhirupnya gas-gas dan bahan-bahan beracun yang kita temui di dalam gua.
9. Peralatan SRT
Peralatan ini menjadi peralatan pribadi untuk efisiensi tenaga dan efektifitas penelusuran, Karena beberapa peralatan harus disesuiakan dengan ukuran tubuh kita. Dalam satu set SRT terdiri dari :
10. Seat Harness
Digunakan untuk mengikat tubuh yang dipasang pada pinggang dan paha anda
11. Ascender
Digunakan untuk naik atau memanjat lintasan tali. Dibedakan menjadi hand ascender, dipegang tangan dan chest ascender diikatkan di dada. Macamnya :
- Hand jummar
- Croll
- Basic jummar
- Jumar
12. Descender
Digunakan untuk menuruni lintasan tali. Macamnya :
- Capstand, terdiri dari dua jenis, yaitu ; simple stop (bobbin/non auto stop) dan auto stop.
- Racks, ada dua model, yaitu open dan close racks.
- Figure Of Eight.
- Millon Rapid (MR), ada 3 macam, yaitu :
- Delta MR, digunakan untuk menyambung 2 seat harness.
- Semi Circular MR, digunakan untuk menyambung seat harness.
- Oval MR, digunakan untuk menyambung chest ascender dengan delta MR atau semi circular MR.
- Chest Harnest. Digunakan untuk mengikatkan seat harness dengan dada.
- Cowstail. Dibuat dengan tali dinamik yang disimpul dengan salah satu ujung tali lebih pendek. Tali yang pendek digunakan sebagai pengaman/tambatan pengaman, sedangkan yang panjang dihubungkan dengan Hand Ascender dengan tubuh.
- Foot Loop. Digunakan sebagai pijakan kaki dan dihubungkan dengan ascender.
Peralatan Team (Team Equipment)
Adapun yang termasuk peralatan team adalah sebagai berikut :
1. Carmantel Rope
Tali yang digunakan hampir sama dengan yang digunakan dalam panjat tebing, namun yang paling baik adalah tali static.
2. Carabiner.
Digunakan sebagai alat pengait. Carabiner mempunyai beberapa macam bentuk sesuai dengan kegunaan dan fungsinya. Macam-macam Carabiner :
- Carabinner Screw Gate
- Carabinner Oval
- Carabiner Non Screw Gate
- Delta Carabiner
3. Webbing
Digunakan untuk pemasangan tambatan.
4. Ladders
Atau sering di sebut tangga tali, biasanya terbuat dari kawat baja atau dari tali dengan diameter tertentu. Digunakan pada pitch pendek dengan bentuk lintasan over hang.
5. Padding.
Digunakan untuk melindungi tali dari gesekan. Biasanya diguakan dari bahan terpal yang kuat menerima gesekan.
6. Rope Protector.
Digunakan sebagai alas tali untuk menghindari gesekan.
7. Pengaman Sisip
Pengaman yang digunakan untuk membuat tambatan.
Macamnya sebagai berikut :
- Chock Stopper
- Hexentrik
- Friend
- Jummer Knot
- Bolts
- Paku Piton
- Cok ston
- Hanger
8. Peralatan Lainnya.
- Driver
- Spit
- Hammer
- Pulley
- Hammer
- Tacket Bag
- Bombement Deviatur
- Roll Medule
TEKNIK-TEKNIK PENAMBATAN TALI
Sering kita kesulitan menentukan daerah dan menentukan point untuk penambatan tali. Hal-hal yang perlu di perhatikan untuk penambatan tali :
1. Cari daerah yang mudah untuk start untuk turun.
2. Cek dulu point yang akan dijadikan tambatan.
3. Tambatan tali utama harus di beck up.
4. Tali utama harus diberi ganjalan agar tida friksi dengan dinding gua.
Point yang bisa digunakan untuk penambatan tali :
1. Batu-batuan sekitar mulut gua.
2. Pohon-pohon sekitar mulut gua
3. Apa saja yang kita anggap kuat untuk tambatan.
DERAJAT KESULITAN GUA
Hal ini penting sekali, karena kita dapat melihat kemampuan yang kita miliki, apabila kita tidak mampu hendaknya tidak memaksakan diri.
Klasifikasi derajat kesulitan gua :
1. Mudah.
Lorong horizontal, plafon tinggi, lorong tunggal.
2. Sedang.
Lorong horizontal, bercabang dan ada bagian lorong yang sempit, plafon agak rendah dan dialiri air yang dapat diarungi tanpa berenang.
3. Sulit.
Lorong vertical dan horizontal tidak lebih dari 20 m, bercabang pada bagian sempit, palfon rendah, air tenang dan agak sedikit berenang.
4. Sangat Sulit.
Lorong-lorong vertical lebih dari 20 m, harus berenang dengan arus agak berat, dan jeram 5 m tinggiya.
5. Luar Biasa.
Harus melalui jeram dan arus deras lebih dari 5 m tingginya.
6. Bahaya.
Adanya lorong-lorong penuh racun, sifon-sifon yang harus dilalui dengan teknik selam gua (cave dinving).
PENCEGAHAN KECELAKAAN
Pada dasarnya keselamatan penelusuran gua tergantung pada dirinya sendiri. Tindakan prefentif, ketramplan dan kesehatan fisik merupakan syarat mutlak. Untuk lebih mudah diingat di buatkan ringkasan sebagai berikut :
K = Kemana anda memasuki gua, beri tahu kepada orang dekat anda, kapan pergi, kemana dan kapan pulang.
E = Empat orang adalah jumlah minimal dalam penelusuran gua
A = Alat yang dibawah harus memadai dan menguasai penggunaannya.
M = Membawa 3 sumber cahaya lengkap dengan cadangannya.
A = Ajak selalu orang yang berpengalaman dan mengerti lingkungan dan berwibawa.
N = Nafas sesak dan tersengang itu tandanya banyak gas CO2, dan segera tinggalkan.
A = Akal sehat dan ketrampilan serta persiapan yang matang menjadi pegangan, bukan adu nasib dan nekat.
N = Naluri yang ada di kembangkan, karena itu factor pengalaman yang paling ampuh.
BAHAYA PENELUSURAN GOA
Kegiatan penelusuran goa adalah salah satu jenis kegiatan yang sangat beresiko tinggi. Ada beberapa bahaya dari penelusuran goa antara lain :
Terpeleset/terjatuh
Kepala terantuk atap atau ornamen goa karena kondisi goa gelap dan terbatasnya cahaya.
Tersesat.
Kerutuhan atap/dinding gua
Dehidrasi
Tenggelam, ini dapat terjadi karena nekat melakukan exsplorasi goa pada musim hujan.
Keracunan gas.
Gigitan binatang berbisa.
PERALATAN PENELUSURAN GOA
Goa mempunyai kondisi dan medan yang berbeda dengan kondisi alam lainnya, medan lumpur dan berair, tumpukan batu, lorong sempit, lorong yang terendah dan gelap gulita. Maka dari itu diperlukan peralatan yang bisa mendukung untuk kondisi dan medan tersebut. Terutama peralatan ini juga harus menjamin keselamatan.
Pada dasarnya peralatan caving dibagi menjadi :
Personal equipment
Cover all
Helm speleo
Sepatu boot
Head lamp/senter
Sarung tangan
SRT (Single Rope Technique)
Single Rope Technique (SRT) adalah teknik yang sering digunakan untuk penelusuran goa vertikal dengan menggunakan satu tali sebagai lintasan untuk naik dan turun. Berbagai macam sistem telah banyak berkembang, seperti sistem frog rig, texas rig, rope walker jumaring dll. Namun dari sekian banyak sistem yang paling banyak digunakan adalah sistem frog rig.
Kelebihan dari sistem frogrig adalah
Lebih simple, ringan dan mudah digunakan.
Untuk pindah lintasan lebih mudah
Rescue lebih mudah karena semua alat yang dipakai bisa dipakai buat rescue.
Alat-alat SRT dari sistem frog rig adalah:
a. Seat harnest
b. Chest harnest
c. MR/millon rapid
d. Ascender, jammer dan croll
e. Descender (auto stop)
f. Cowstail
g. carabiner
h. footloop
RIGGING
Rigging / teknik pemasangan lintasan pada gua vertical, harus memenuhi standart dibawah ini :
aman
bisa dilewati semua anggota tim
tidak merusak peralatan
siap digunakan untuk keadaan emergenci atau lintasan rescue
Selain itu pemasangan lintasan juga harus memenuhi syarat atau aturan-aturan khusus, seperti :
hindarkan talifriksi dengan batu dan jauhkan dari lintasan air
mempunyai dua anchor pada mulut gua yaitu main anchor dan back up nachor
tempatkan titik anchor dimana tali bisa bergantung bebas
gunakan deviasi, intermediet untuk menghindarkan friksi tali
jangan melempar tali langsung kebawah karena akan tali kusut dan tersangkut, tetapi masukkan kedalam rope bag
berhati-hatilah menggunakan natural anchor seperti stalagmite atau bebatuan yang tidak terlalu menyatu dengan dinding gua karena akan gampang pecah.
Buatlah Y anchor untuk menambah kekuatan anchor, perhatikan sudutnya maxsimal 20° dan idealnya 90°.
Perhatikan kemana arah tali apabila main anchor terlepas, ketika beban tali berpindah ke back up anchor, tali tidak mengalami friksi pada batu tajam dapat memotong tali.
Buatlah deviasi dan intermediate yang standart. Pemasangan deviasi yang terlalu jauh akan menyulitkan ketikan melewatinya setelah carabiner dan akan sulit untuk memasang nya kembali. Untuk melewati intermediate dibutuhkan panjang loop maksimal 2 meter.
ANCHOR
Anchor/Tambatan ada banyak jenis yang dapat digunakan, baik itu yang tersedia di alam atau yang ada didalam gua maupun yang sifatnya artificial. Memilih anchor atau memasang anchor haruslah berhati-hati, pilihlah anchor yang kuat terutama untuk natural anchor harus dengan pemasangan yang benar. Dibawah ini beberapa jenis anchor :
Natural anchor ( tambatan alam )
1. Pohon
Yang harus diperhatikan untuk anchor ini adalah jenis pohon,tempat tumbuh, posisi tumbuh maupun kondisi dari pohon tersebut.pohon yang tumbuh diatas batu gamping biasanya cukup kuat karena akarnya masuk kedalam atau menembuh batuan, besar kecil pohonnya juga harus diperhatikan.
2. Boulder ( bongkahan batu )
Ini juga bisa digunakan sebagai anchor, asalkan ukurannya besar dan tidak bergeser apabila dibebani. Posisi boulder yang menumpuk biasanya lebih kuat karena boulder yang satu dengan yang lainnya saling menahan.
3. Lubang tembus
Lubang tembus bisa terdapat pada dinding, lantai maupun atap gua. Sebelum menggunakanya kita memeriksa kekerasan batuan, keutuhan dan ketebalan batuan.
4. Flake
Anchor ini biasanya digunakan pada dinding gua yaitu berupa lapisan batu yang menonjol kesamping
5. Rekahan
Celah yang terbentuk dari pengikisan lapisan horizontal maupun vertical. Untuk jenis ini kita biasanya menggunakan pengaman sisip maupun paku tebing. Bentuk celah, jenis celah,lebar celah, arah penyempitan, kondisi, permukaan bidang yang akan digunakan harus diperhitungkan.
6. Chock stone
Adalah batu yang terjepit pada celah sehingga berfungsi seperti pengaman sisip, atau biasa disebut chock. Sebelum digunakan periksa terlebih dahulu celah dan batu yang terjepit. Untuk celah harus diperhatikan bentuk celah, jenis celah,lebar celah dan arah penyempitan celah dan kondisi permukaan bidang ( bidang friksi, kekerasan pelapis ), untuk batu yang terjepit periksa jenis dan keadaan dari bentuk dan posisi terjepitnya. Setelah itu tentukan arah tarikan yang akan dibuat lalu perhatikan posisi peletakan webbing pengikatnya.
7. Tanduk (horn)
Jenis ini berupa pinggiran dinding yang menonjol hasil dari air. Bentuk tonjolan harus selalu diperhatikan untuk menentukan tarikan dan teknik pemasangan webbingnya.
Berdasarkan posisi dan urutan penerimaan beban maka anchor dibagi atas :
Main anchor/anchor utama, yaitu anchor yang secara langsung mendapatkan beban saat lintasan digunakan.
Back up, yaitu berfungsi sebagai cadangan jika main anchor terlepas atau jebol, jumlah anchor ini bisa lebih dari satu, dan nilai kekuatannya harus lebih besar dari main anchor.
TAHAPAN RIGGING
Packing tali, sebelum memulai melakukan rigging, tali harus dimasukkan kedalam Rope Bag (tas tempat tali). Yang sebelumnya ujung tali disimpul dengan menggunakan simpul delapan.
Mendekati mulut gua, amati kondisi mulut gua. Untuk menentukan disebelah mana kita akan turun harus memperhatikan posisi yang paling aman melakukan rigging. Hindari tempat lintasan dari airyang kemungkinan akan masuk ke dalam gua apabila terjadi hujan. Bersihkan atau amankan mulut gua dari ranting atau batu yang memungkinkan bisa terjatuh nanti.
Periksa kedalaman pitch, sebelum kita melakukan penelusuran gua sebaiknya kita mengetahui atau memperkirakan kedalaman pitchyang akan kita turuni. Ini penting agar supaya kita bias memperkirakan berapa jumlah peralatan yang akan kita bawa. Untuk jarak tertentu mungkin dapat kita perkirakan dengan melihat langsung sebatas cahaya matahari yang masuk kedalam gua atau sebatas jangkauan cahaya headlamp. Cara yang juga bisa kita gunakan yaitu melempar batu kedalam mulut gua, dan menghitung berapa lama (detik) saat batu dilempar dan saat terdengar suara batu menghantam dasar pitch. Buat back-up anchor, berfungsi sebagai cadangan jika main anchor jebol. Jumlah anchor ini bisa lebih dari satu, dan kekuatannya harus lebih besar dari main anchor. Buat main anchor (anchor utama), yaitu anchor yang secara langsung mendapatkan beban saat lintasan digunakan. Tempatkan posisi anchor dimana tali akan bergantung bebas dan ketika main anchor terlepas arah jatuhnya tali tidak mengalami friksi.
Membuat intermediate, ini dilakukan apabila terjadi friksi pada tali. Perhatikan panjang pendulum. Terlalu pendek akan susah dilewati, terlalu panjang akan berbahaya apabila anchor terlepas, karena caver akan terjatuh. Deviasi, sama fungsinya dengan intermediate, yaitu menghindarkan tali dari friksi dengan batu. Bedanya dengan intermediate, tali tidak dibuat anchor tetapi dibuat dengan cara menarik tali kesamping menjauh dari batu. Deviasi menggunakan sling yang ujungnya dipasang carabiner yang dikaitkan ketali.
Yang harus diperhatikan dalam membuat deviasi yaitu besaran sudutnya. Semakin besar sudut deviasi semakin besar juga bebana yang masuk ke anchor. Sebaiknya 10° - 30°. Hal lain yang terpenting adalah jarak tali kedeviasi jangan terlalu jauh karena akan susah dilewati.
PEMETAAN GOA
Pemetaan goa adalah gambaran prespektif goa yang diproyeksikan diatas bidang datar yang bersifat selektif dan dapat dipertanggungjawabkan secara visual dan matematis dengan menggunakan skala tertentu.
MANFAAT PEMETAAN GOA
Sebagai data rekaman keadaan goa pada saat itu.
Merupakan bukti otentik bagi penelusur goa.
Membantu para ahli untuk mempelajari biospeologi, hidrologi, arkeologi, atau ilmu-ilmu lainnya yang berkaitan dengan speleologi
Untuk memudahkan dalam usaha pertolongan apabila terjadi kecelakaan didalam goa.
Untuk memudahkan dalam pengembangan obyek wisata goa dibidang pariwisata.
Sebagai data rekaman gua pada saat itu.
JENIS-JENIS PEMETAAN
Ada beberapa jenis metode penggambaran goa, yaitu :
1. Tampak atas
2. Tampak samping
3. Tampak depan
PERALATAN PEMETAAN GOA
1. Kompas
Untuk mengukur azimuth lorong goa atau mengukur besar derajat perbedaan antara lorong goa/jalan terhadap arahsumbu utara
2. Klinometer
Untuk mengukur kemiringan goa.
3. Pita ukur
Untuk mengukur panjang lorong goa
4. Alat tulis
Berupa kertas anti air atau bisa menggunakan mika transparan, pensil/ballpoint maker dan papan dada.
GRADE PEMETAAN GOA
Grade adalah tingkat keakuratan peta
• Grade 1 :Peta dibuat diluar gua dan digambar tanpa skala dan berdasarkan ingatan/perkiraan
• Grade 2 :Hampir sama dengan grade 1, tapi peta dibuat di dalam goa, tanpa skala dan berdasarkan ingatan/perkiraan.
• Grade 3 :Sketsa goa dibuat didalam goa dengan menggunakan bantuan kompas dan klino.
• Grade 4 :Pengukuran telah menggunakan kompas serta meteran, lebih akurat dibandingkan dengan grade 3
• Grade 5 :Pengukuran dengan menggunakan kompas, klinometer dan pita ukur. Lebih akurat dan kesalahan kurang dari 10cm.
• Grade 6 :Pada dasarnya sama dengan grade 5 akan tetapi pada grade ini kompas dan klinometernya menggunakan tripod jadi pada pengukuran posisi alat tidak bergerak.
• Grade X :Pengukuran dengan menggunakan laser total dan tanpa kelas.
Selain membuat macam-macam tingkat ketelitian (grade) peta goa, ada juga klasifikasi perincian surfey, yaitu :
Class A : semua detail lorang dibuat diluar kepala (ingatan)
Class B : detail lorong diestimasi dan dibuat didalam goa
Class C : detail lorong diukur pada tiap-tiap stasiun survey
Class D : tabel dan detail lorong diukur pada tiap stasiun survey dan diantara stasiun survey
SURVEY DAN PENGAMBILAN DATA
Metode arah survey
Forward methode
Leap frog methode
Arah survey
Top to bottom
Pengukuran dimulai dari entrace gua dan berakhir pada lorong akhir gua.
Bottom to top
Pengukuran dimulai dari ujung lorong dan berakhir sampai entrace.
Metode pengukuran chamber
Dalam melakukan survey pemetaan gua biasanya kita menemukan lorong-lorong yang besar atau biasanya disebut dengan chamber. Karena ukuran gua yang cukup luas biasanya membuat kita bingung atau kewalahan dalam melakukan pengukuran. Untuk itu ada beberapa cara untuk mempermudah kinerja tim dan menghasilkan data yang akurat.
Adapun cara-cara tersebut adalah :
Polygon tertutup
Polygon terbuka
Offset
Organisasi tim survey
Dalam kegiatan pemetaan gua idealnya ada 5 orang dalam tim pemetaan dan masing-masing mempunyai tugas sendiri, yaitu :
a) Leader :Orang yang menentukan titik-titik stasiun.
b) Shotter :Orang yang membaca alat ukur. Seperti kompas, klinometer, dan meteran.
c) Stasioner :Orang yang menjadi target bidikan shotter dan diharuskan mempunyai tinggi badan yang sama dengan shotter.
d) Notulen :Orang yang mencatat data-data pengukuran.
e) Diskriptor :Orang yang membuat gambar sketsa gua (tampak atas, samping dan depan)
Pengambilan data lapangan
Dalam pengambilan data lapangan kita cukup mengisi table yang telah disiapkan sebelumnya.
Keterangan :
Data yang diisi pada waktu pengukuran dalam gua
ST : stasiun
L :jarak tiap stasiun ( m )
COMP (α ) : besar sudut kompas
CLINO (β) : besar sudut kemiringan yang dihasilkan oleh clinometer
← : jarak dari stasiun ke dinding kiri gua
→ : jarak dari stasiun ke dinding kanan gua
↑ : jarak dari stasiun/point ke platfon gua
↓ : jarak dari stasiun/point ke lantai gua
PENGOLAHAN DATA LAPANGAN DAN PENGGAMBARAN PETA GUA
Pengolahan data
Dalam pengolahan data gua kita tinggal mengimput data-data yang kita ambil dilapangan kedalam table :
L sinβ (H’) : beda elevasi
L cosβ (L’) : jarak miring
L sinα (∆ X ) : absis
L cosα (∆ Y ) : ordinat
X (∑ ∆ X) : hasil penjumlahan silang antara X awal dengan jumlah ∆ X pada stasiun sebelumnya.
Y (∑ ∆ Y) : hasil penjumlahan silang antara Y awal dengan jumlah ∆ Y pada stasiun sebelumnya.
H” (∑ H’) : hasil penjumlahan silang antara H’ awal dengan jumlah ∆ H” pada stasiun sebelumnya.
L” (∑ L’) : hasil penjumlahan silang antara L’ awal dengan jumlah ∆ L” pada stasiun sebelumnya.
Penentuan skala dan arah utara peta
Skala peta
Skala adalah perbandingan antara jarak sebenarnya dengan jarak yang ada dipeta, dalam hal ini disesuaikan dengan tujuan pelaksanaan survey.
Orientasi peta
Arah utara ada tiga macam :
Arah utara magnetic/north magnetic (NM) → ditunjukkan oleh utara jarum kompas
Arah utara sebenarnya/true north (TN) → sesuai dengan sumbu bumi
Arah utara peta/grid north (GN) → sesuai dengan sumbu Y
Arah utara pada peta tidak harus selalu dibagian atas kertas akan tetapi dapat disesuaikan dengan efisiensi penggunaan kertas.
Penggambaran peta
dalam penggambaran peta gua biasanya ada beberapa jenis peta gua yang digambar seperti Peta gua tampak atas/plan section, peta gua tampak samping/extended section dan tampak depan.
Dalam penggambaran peta tampak atas dan tampak samping dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut ;
Koordinat polar
Penggunaan diagram polar sangat sederhana dan cepat hanya saja apabila terjadi kesalahan akumulatif, kesalahan akan bertambah besar dengan bertambahnya stasiun. Dalam ploting center line pada ini kita membutuhkan busur derajat atau protaktor dengan penggaris. Pada penggunaan diagram ini kita tentukan dulu arah utaranya. Dalam penentuan titik stasiun ditentukan oleh besar sudut kompas untuk penggambaran tampak atas dan sudut klino untuk penggambaran tampak samping dengan acuan 0° adalah yang telah kita buat sebelumnya, disarankan untuk menggunakan millimeter block atau kertas grafik untuk meminimalisir kesalahan.
Koordinat cartesius
Penggambaran dengan menggunakan koordinat cartesius adalah yang direkomendasikan oleh BCRA untuk dipakai pada penggambaran grade 5. Dalam penggambaran ini kita menggunakan hasil dari ∑X dan ∑Y untuk menentukan plot stasiun pada plan section sedangkan ∑ H dan ∑ L untuk plot stasiun pada extended section. Dalam penggambarannya menggunakan kertas -grafik/millimeter block untuk memudahkan penggambaran.
Penentuan titik jarak dinding kiri dan kanan gua
Setelah kita selesai memploting center line selanjutnya kita membuat dinding-dinding gua dengan cara memplot titik-titik gua pada tiap stasiun dengan menggunakan hasil yang terdapat pada table dinding kiri dan kanan yang sudah diskalakan. Kemudian titik plot dinding kiri dan kanan tersebut dihubungkan dengan mengikuti lekukan dinding gua yang ada pada sketsa gua.
Symbol pada peta
Setelah selesai digambar kemudian kita memasukkan symbol-simbol pada peta.
Kelengkapan peta
Untuk memudahkan orang lain dalam memahami peta yang kita buat maka ada beberapa kelengkapan peta yang harus kita cantumkan pada peta tersebut diantanya :
Nama gua
Letak administrative gua
Waktu pembuatan/pemetaan (tanggal, bulan dan tahun)
Legenda
Skala peta
Utara peta
Ornament Gua
Stalagtite
Avens/Jendela Gua Micro Gourdam
Gourdam Cave Pool
Flowstone dry rimstone Draperies
Biota
Katak kepiting udang jangkrik
Comments
Post a Comment