Navigasi Lanjutan
NAVIGASI
PENDAHULUAN
Navigasi adalah pengetahuan
untuk mengetahui keadaan medan yang akan dihadapi, posisi kita di alam bebas
dan menentukan arah serta tujuan perjalanan di alam bebas.
Pengetahuan tentang navigasi darat ini meliputi
1. Pembacaan peta
2. Penggunaan kompas
3. Penggunaan tanda‑tanda alam
yang membantu kita dalam menentukan arah
Pengetahuan tentang navigasi
darat ini merupakan bekal yang sangat penting bagi kita untuk bergaul dengan
alam bebas dari padang ilalang, gunung hingga rimba belantara. Untuk itu
memerlukan alat‑alat seperti:
1. Peta topografi
2. Penggaris
3. Kompas
4. Konektor
5. Busur derajat
6. Altimeter
7. Pensil
PETA TOPOGRAFI
Peta adalah gambaran dari
permukaan bumi yang diperkecil dengan skala tertentu sesuai dengan kebutuhan.
Peta digambarkan di atas bidang datar dengan sistem proyeksi tertentu. Peta
yang digunakan untuk kegiatan alam bebas adalah Pete Topografi.
Peta topografi adalah suatu representasi di atas
bidang datar tentang seluruh atau sebagian permukaan bumi yang terlihat dari
atas dare diperkecil dengan perbandingan ukuran tertentu. Peta topografi
menggambarkan secara proyeksi dari sebagian fisik bumi, sehingga dengan peta
ini bisa diperkirakan bentuk permukaan bumi. Bentuk relief bumi pada peta
topografi digambarkan dalam bentuk Garis‑Garis Kontur.
Dalam menggunakan peta
topografi harus diperhatikan kelengkapan petanya, yaitu:
1. Judul Peta
Adalah identitas yang tergambar pada peta, ditulis nama daerah atau
identitas lain yang menonjol.
2. Keterangan Pembuatan
Merupakan informasi mengenai
pembuatan dan instansi pembuat. Dicantumkan di bagian kiri bawah dari peta.
3. Nomor Peta (Indeks Peta)
Adalah angka yang menunjukkan
nomor peta. Dicantumkan di bagian kanan atas.
4. Pembagian Lembar Peta
Adalah penjelasan nomor‑nomor
peta lain yang tergambar di sekitar peta yang digunakan, bertujuan untuk
memudahkan penggolongan peta bila memerlukan interpretasi suatu daerah yang
lebih luas.
5. Sistem Koordinat
Adalah perpotongan antara dua
garis sumbu koordinat. Macam koordinat adalah:
a. Koordinat Geografis
Sumbu yang
digunakan adalah garis bujur (BB dan BT), yang berpotongan dengan garis lintang
(LU dan LS) atau koordinat yang penyebutannya menggunakan garis lintang dan
bujur. Koordinatnya menggunakan derajat, menit dan detik. Misal Co 120° 32'
12" BT 5° 17' 14" LS.
b. Koordinat Grid
Perpotongan
antara sumbu absis (x) dengan ordinal (y) pada koordinat grid. Kedudukan suatu
titik dinyatakan dalam ukuran jarak (meter), sebelah selatan ke utara dan barat
ke timur dari titik acuan.
c. Koordinat Lokal
Untuk
memudahkan membaca koordinat pada peta yang tidak ada gridnya, dapat dibuat
garis‑garis faring seperti grid pada peta.
Skala bilangan dari sistem
koordinat geografis dan grid terletak pada tepi peta. Kedua sistern koordinat
ini adalah sistem yang berlaku secara internasional. Namun dalam pembacaan
sering membingungkan, karenanya pembacaan koordinat dibuat sederhana atau tidak
dibaca seluruhnya.
Misal: 72100 mE dibaca 21, 9° 9700 mN dibaca 97, dan
lain‑lain.
6. Skala Peta
Adalah perbandingan jarak di
peta dengan jarak horisontal sebenarnya di medan atau lapangan. Rumus jarak
datar dipeta dapat di tuliskan
JARAK DI PETA x SKALA = JARAK
DI MEDAN
Penulisan skala peta biasanya
ditulis dengan angka non garis (grafis).
Misalnya Skala 1:25.000, berarti
1 cm di peta sama dengan 25 m di medan yang sebenarnya.
7. Orientasi Arah Utara
Pada peta topografi terdapat tiga arah utara yang harus diperhatikan
sebelum menggunakan peta dan kompas, karena tiga arah utara tersebut tidak
berada pada:
satu garis. Tiga arah utara
tersebut adalah:
a. Utara Sebenarnya (True
North/US/TN) diberi simbol * (bintang), yaitu
utara yang
melalui Kutub Utara di Selatan Bumi.
b. Utara Peta (Grid
Nortb/UP/GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang sejajar
dengan garis jala vertikal
atau sumbu Y. Hanya ada di peta.
e. Utara
Magnetis (Magnetic North/UM) diberi simbol T (anak pariah separuh), yaitu Utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas. Utara magnetis selalu mengalami
perubahan tiap tahunnya (ke Barat atau ke Timur) dikarenakan oleh pengaruh
rotasi bumi. Hanya ada di medan.
Karena ketiga arah utara
tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terjadi
penyimpangan‑penyimpangan
sudut, antara lain:
a.
Penyimpangan sudut antara US ‑ UP balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf
Peta (IP) atau Konvergensi Merimion. Yang menjadi patokan adalah Utara Sebenarnya (US).
b.
Penyimpangan sudut antara US ‑ UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut
Ikhtilaf Magnetis (IM) atau Deklinasi. Yanmg menjadi patokan adalah l Utara
sebenarnya ((IS).
c.
Penyirnpangan sudut antara UP ‑ UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut
Ikhtilaf Utara Peta‑Utara Magnetis atau Deviasi. Yang menjadi patokan adalah
Utara Pela f71').
Dengan diagram sudut
digambarkan
US UP UM
TRUE NORTH
MAGNETIS NORTH
8. Garis Kontur atau Garis Ketinggian
Garis
kontur adalah gambaran bentuk permukaan bumi pada peta topografi.
Sifat‑sifat garis kontur,
yaitu'.
a. Garis kontur merupakan
kurva tertutup sejajar yang tidak akan memotong satu
sama lain dan tidak akan
bercabang.
b. Garis kontur yang di dalam
selalu lebih tinggi dari yang di luar.
c. Interval kontur selalu
merupakan kelipatan yang sama
d. Indek kontur dinyatakan
dengan garis tebal.
e.
Semakin rapat jarak antara garis kontur, berarti semakin terjal Jika garis
kontur bergerigi (seperti sisir) maka kemiringannya hampir atau sama dengan
90°.
f. Pelana
(sadel) terletak antara dua garis kontur yang sama tingginya tetapi terpisah
satu sama lain. Pelana yang terdapat diantara dua gunung besar dinamakan PASS.
9. Titik
Triangulasi
Selain dari garis‑garis kontur dapat pula
diketahui tinggi suatu tempat dengan
pertolongan titik ketinggian, yang dinamakan titik triangulasi Titik
Triangulasi adalah suatu titik atau
benda yang merupakan pilar atau tonggak yang
menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Macam‑macam
titik triangulasi
a.
Titik Primer, I'. 14 , titik ketinggian gol.l, No. 14, tinggi 3120 mdpl. 3120
b. Titik Sekunder, S.45 , titik ketinggian
gol.II, No.45, tinggi 2340 rndpl. 2340
c. Titik Tersier, 7: 15 , titik
ketinggian gol.III No. 15, tinggi 975 mdpl
975
d. Titik Kuarter, Q.20 , titik
ketinggian gol.IV, No.20, tinggi 875 mdpl.
875
e. Titik Antara, TP.23 , titik
ketinggian Antara, No.23, tinggi 670 mdpl. 670
f. Titik Kedaster, K.131 , titik
ketinggian Kedaster, No.l 31, tg 1202 mdpl. 7202
g. Titik Kedaster
Kuarter, K.Q 1212, titik ketinggian Kedaster Kuarter, No. 1212, tinggi 1993 mdpl. 1993
10. Legenda Peta
Adalah informasi tambahan
untuk memudahkan interpretasi peta, berupa unsur yang dibuat oleh manusia
maupun oleh alam. Legenda peta yang penting
untuk dipahami antara lain:
a. Titik ketinggian
b. Jalan setapak
c. Garis batas wilayah
d. Jalan raya
e. Pemukiman
f. Air
g. Kuburan
h. Dan Lain‑Lain
MEMAHAMI PETA TOPOGRAFI
A. MEMBACA GARIS KONTUR
1. Punggungan Gunung
Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur
berbentuk huruf U, dimana Ujung dari
huruf U menunjukkan ternpat atau daerah yang lebih pendek dari kontur di atasnya.
2. Lembah atau Sungai
Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang
berbentuk n (huruf V terbalik) dengan
Ujung yang tajam.
3. Daerah landai datar dan
terjal curam
Daerah datar/landai garis
kontumya jarang jarang, sedangkan daerah terjal/curam garis konturnya rapat.
B. MENGHITUNG HARGA INTERVAL KONTUR
Pada peta skala 1 : 50.000
dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk mencari interval kontur berlaku
rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk semua peta, pada
peta GUNUNG MERAPI/1408‑244/JICA TOKYO‑1977/1:25.000, tertera dalam legenda
peta interval konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta.
Jadi untuk penentuan interval kontur belum ada rumus yang baku, namun dapat
dicari dengan:
1. Carl dua titik ketinggian
yang berbeda atau berdekatan. Misal titik A dan B.
2. Hitung selisih
ketinggiannya (antara A dan B).
3. Hitung jumlah kontur antara
A dan B.
4. Bagilah
selisih ketinggian antara A ‑ B dengan jumlah kontur antara A ‑ B, hasilnya
adalah Interval Kontur.
C. UTARA PETA
Setiap kali menghadapi peta
topografi, pertama‑tama carilah arah utara peta tersebut. Selanjutnya lihat
Judul Peta (judul peta selalu berada pada bagian utara, bagian atas dari peta).
Atau lihat tulisan nama gunung atau desa di kolom peta, utara peta adalah
bagian atas dari tulisan tersebut.
D. MENGENAL TANDA MEDAN
Selain tanda pengenal yang
terdapat pada legenda peta, untuk keperluan
orientasi harus juga digunakan
bentuk‑bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan dan mudah dikenal di peta,
disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca pada peta sebelum
berangkat ke lapangan, yaitu:
1. Lembah antara dua puncak
2. Lembah yang curam
3. Persimpangan jalan atau
Ujung desa
4. Perpotongan sungai dengan
jalan setapak
5. Percabangan dan kelokan sungai, air terjun, dan lain‑lain.
Untuk daerah yang datar dapat
digunakan‑.
1.
Persimpangan jalan
2.
Percabangan sungai, jembatan, dan lain‑lain.
E. MENGGUNAKAN PETA
Pada perencanaan perjalanan
dengan menggunakan peta topografi, sudah
tentu titik awal dan titik
akhir akan diplot di peta. Sebelurn berjalan catatlah:
1. Koordinat titik awal (A)
2.
Koordinat titik tujuan (B)
3. Sudut
peta antara A ‑ B
4. Tanda
medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A ‑ B
5. Berapa
panjang lintasan antara A ‑ B dan berapa kira‑kira waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan lintasan A ‑B.
Yang perlu diperhatikan dalam
melakukan suatu operasi adalah
+ Kita
harus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun di peta.
+ Gunakan
tanda medan yang jelas balk di medan dan di peta.
+ Gunakan
kompas untuk melihat arah perjalanan kita, apakah sudah sesuai dengan
tanda medan yang kita gunakan sebagai
patokan, atau belum.
+
Perkirakan berapa jarak lintasan. Misal medan datar 5 krn ditempuh selama 60
menit dan medan mendaki ditempuh selama 10 menit.
+ Lakukan
orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan.
+
Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan perubahan
arah perjalanan. Misalnya dari pnggungan curam menjadi punggungan landai,
berpindah punggungan, menyeberangi sungai, ujung lembah dan lain‑lainnya.
+ Panjang
lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuat lintasan dengan
jalan membuat garis (skala vertikal dan horisontal) yang disesuaikan dengan
skala peta. Gambar garis lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan
kemiringan lintasan juga penampang dan bentuk peta. Panjang lintasan diukur
dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan didapatkan panjang lintasan
sebenarnya.
F. MEMAHAMI CARA PLOTTING DI PETA
Plotting adalah menggambar
atau membuat titik, membuat garis dan tandatanda tertentu di peta. Plotting
berguna bagi kita dalam membaca peta. Misalnya Tim Bum berada pada koordinat
titik A (3986 : 6360) + 1400 m dpl. SMC memerintahkan Tim Buni agar menuju
koordinat titik T (4020 : 6268) + 1301 mdpl. Maka langkah‑langkah yang harus
dilakukan adalah :
a.
Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan dimuali
dari sumbu X dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y).
b.
Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tank garis dari A ke T, kemudian
dengan busur derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A ‑ T dari titik A ke
arah garis AT. Pembacaan sudut menggunakan Sistem Azimuth (0" ‑360°)
searah putaran jarum Jain. Sudut ini berguna untuk mengorientasi arah dari A ke
T.
c.
Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T.
Interprestasi ini dapat berupa garis lurus ataupun berkelok‑kelok mengikuti
jalan setapak, sungai ataupun punggungan. Harus dipaharni betul bentuk garis
garis kontur.
Plotting lintasan dan
memperkirakan waktu tempuhnya. Faktor‑faktor yang mempengaruhi waktu tempuh :
+ Kemiringan lereng + Panjang
lintasan
+ Keadaan dan kondisi medan
(misal hutan lebat, semak berduri atau gurun pasir).
+ Keadaan cuaca rata‑rata.
+ Waktu pelaksanaan (yaitu
pagi slang atau malam).
+ Kondisi
fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa.
G. MEMBACA KOORDINAT
Cara menyatakan koordinat ada
dua cara, yaitu:
1. Cara
Koordinat Peta
Menentukan koordinat ini
dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan. Penunjukkan koordinat ini
menggunakan
a. Sistem
Enam Angka Misal, koordinat titik A
(374;622), titik B (377;461) b. Cara Delapan Angka Misal, koordinat titik A (3740;6225), titik B
(3376;4614)
2. Cara
Koordinat Geografis
Untuk Indonesia sebagai
patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106° 4$' 27,79".
Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di
sebelah barat kota Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai
patokan letak lintang adalah garis ekuator (sebagai 0). Untuk koordinat
geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk letak peta.
H. SUDUT PETA
Sudut peta dihitung dari utara
peta ke arah garis sasaran searah jarum jam.
Sistem pembacaan sudut dipakai
Sistem Azimuth (0° ‑ 360°). Sistem Azimuth
adalah sistem yang menggunakan
sudut‑sudut mendatar yang besarnya dihitung
atau diukur sesuai dengan arah
jalannya jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah utara). Bertujuan untuk
menentukan arah‑arah di medan atau di peta serta untuk melakukan pengecekan
arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tersebut adalah arah
lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan.
Sistem penghitungan sudut
dibagi menjadi dua, berdasar sudut kompasnya
AZIMUTH : SUDUT KOMPAS
BACK AZIMUTH : Bila sudut
kompas > 180° maka sudut kompas dikurangi
180°. Bila sudut kompas < 1800
maka sudut kompas ditambah 180°.
I. TEKNIK MEMBACA PETA
Prinsipnya . " Menentukan
posisi dari arah perjalanan dengan membaca
peta dan menggunakan teknik orientasi dan resection, bila keadaan memungkinkan " Titik Awal : Kita
harus tahu titik keberangkatan kita, balk itu di peta maupun di lapangan. Plot titik tersebut di
peta dan catat koordinatnya.
Tanda Medan : Gunakan tanda medan yang jelas (punggungan yang menerus,
aliran sungai, tebing, dll) sebagai guide line atau pedoman arah perjalanan.
Kenali tanda medan tersebut dengan menginterpretasikan peta.
Arah Kompas : Gunakan kompas untuk
melihat arah perjalanan kita. Apakah sesuai dengan arah punggungan atau sungai
yang kita susuri.
Taksir Jarak : Dalam berjalan,
usahakan selalu menaksir jarak dan selalu memperhatikan arah perjalanan. Kita
dapat melihat kearah belakang dan melihat jumalah waktu yang kita pergunakan.
Jarak dihitung dengan skala peta sehingga kita memperoleh perkiraan jarak di
peta. Perlu diingat, bahwa taksiran kita itu tidak pasti.
+10' X 10'
untuk peta 1 : 50.000
+ 20'
X 20' untuk peta 1 : 100.000
Untuk
peta ukuran 20' X 20' disebut juga LBD, sehingga pada 20' pada garis sepanjang
khatulistiwa (40.068 km) merupakan paralel terpanjang.
40.068
km: (360° : 20') = 40.068 km: (360° : 1/3) = 40.068 km: (360° X 3) 40.068 km :
1080 = 37,1 km
Jadi
20' pada garis sepanjang khatulistiwa adalah 37,1 km. Jarak 37,1 km kalau digambarkan dalam peta skala 1
: 50.000 akan mempunyai jarak : 37,1 km = 3.710.000 cm. Sehingga dipeta :
3.710.000: 50.000 = 74,2 cm.
Akibatnya I
LBD peta 20' x 20' skala 1 : 50.000 di sepanjang khatulistiwa berukuran 74,2 X
74,2 cm. Hal ini tidak praktis dalam pemakaiannya.
3. Lembar Peta
Dikarenakan LBD tidak praktis
pemakaiannya, karena terlalu lebar. Maka tiap LBD dibagi menjadi 4 bagian
dengan ukuran masing‑masing 10' X 10' atau 37,1 X 37,1 cm. Tiap‑tiap bagian itu
disebut Lembar Peta atau Sheet, dan diberi huruf A, B, C, D. Jika skala peta
tersebut 1 : 50.000, maka peta itu mempunyai ukuran 50.000 X 37,1 = 1.855.000
cm = 18,55 km (1ihat gambar).
4. Penomoran Lembar Peta
a. Meridian (garis bujur) yang melalui Jakarta
adalah 106° 48' 27,79" BT, dipakai sebagai meridian pokok untuk penornoran
peta topografi di Indonesia. Jakarta sebagai grs bujur 0
b. Panjang dari Barat ke Timur = 46° 20', tetapi
daerah yang dipetakan adalah mulai dari 12" sebelah barat meridian
Jakarta. Daerah yang tidak dipetakan adalah : 106° 48' 27,79" BT ‑ (12° +
46° 20' BT) = 8' 27,79", daerah ini merupakan taut sehingga tidak penting
untuk pemetaan darat. Tetapi penomorannya tetap dibuat
Keterangan
+ Daerah
pada petak A dituliskan sheet 1/I‑A dan titik paling Utara dan paling Barat ada
di Pulau Weh.
+ Cara
pemberian nomor adalah dari Barat ke Timur dengn angka Arab (1,
2, 3, ,
139). Dari Utara ke Selatan dengan angka Romawi (I, II,
III
LI).
+ LBD
selau mempunyai angka Arab dan Romawi. Contoh : LP No.
47[XLI atau SHEET No. 47/XLI.
+ Lembar
peta selalu diben huruf, dan huruf itu terpisah dari nomor LBDnya dengan gar's
mendatar. Contoh: LP No. 47/XLI ‑ B.
c. Pada
uraian diatas disebutkan bahwa garis bujur 0° Jakarta selalu membagi dua buah
LBD. Maka untuk lembar peta lainnya selalu dapta dihitung berapa derajat atau
menit letak lembar peta itu dan' bujur 0° Jakarta
Contoh:
Lernbar Peta No. 39/XL ‑ A terletak diantara garis 7" dan 70 10' LS serta
0° 40' dan 0° 50' Timur Jakarta. Kita harus selalu menyebutkan Lembar Peta
tersebut terletak di Barat atau Timur dan' Jakarta.
d. Pada
Lembar Peta skala 1 : 50.000, LBD‑nya dibagi menjadi 4 bagian. Tetapi untuk
peta skala 1 : 25.000, 1 LBD‑nya dibagi menjadi 16 bagian dan diberi huruf a
sampai q dengan menghilangkan huruf j
e. Mencari batas Timur dan
Selatan suatu.Sheet atau Lembar Peta.
Contoh
+ Batas Timur dari bujur
0" Jakarta adalah 47/3 X I = 15" 40' Timur Jakarta atau 15° 40' ‑ 12°
= 3° 40' BT Jakarta (batas paling Timur Sheet B).
+ Batas Selatan dan 0°
Khatulistiwa adalah 47/3 : 1 = 13" 40' atau 13° 40' 6" = 7° 40' LS.
Karena terlatak pada Lembar Peta B dalam 1 LBD, maka dikurangi 10'. Sehingga
didapat : 7° 40' ‑ 10' = 7" 30' LS
f.
Mencari nomor Lembar Peta atau Sheet.
Batas Timur Jakarta = 15" 40', sedang batas Selatan adalah 7"
30' LS. + Jumlah LBD ke Timur = 15° 40'
X 3 X 1 LBD = 47 LBD + Jumlah LBD ke
Selatan 13" 40' X 3 x 1 LBD = 41 LBD (XLI)
g.
Mencari suatu Posisi/Lokasi Contoh :
sebuah pesawat terbang jatuh pada koordinat.‑ 110° 28' BT dan 7° 30' LS. Cari nomor Lembar Petanya Caranya
adalah
+ 110° 28'
‑ 94" 40' = 15" 48'
15° 48' X 3 = 47t' 24' (batas
paling Timur)
+ 60 +
7" 30' = 13" 30'
130 30' X 3 = 40° 30' (batas
paling Selatan)
h. Perhitungan di Koordinat
Geografis
+ CARA I
Luas dari I Sheet peta adalah
10' X 10', seluas 18,55 km X 18,55 km pada peta 1 ‑ 50.000. Sehingga di dapat
(10 X 60 ‑ 18,5 5) ‑ 20 = 1,617,
dibulatken menjadi 1,62 (sebagai
konstanta). Misal peta yang digunakan peta Sheet No. 47/XLI ‑ B
Triangulasi T. 932
terletak pada : 46 mm dari Timur dan 16 mm dari Selatan.
1915
Posisi Sheet 47/XLI ‑
B
1060 48` 27,79" +
30 40' = 110° 28' 27,79"
Dari Timur: 46 mm X 1,62 = 1'
l4°52"
1100 28' 27,79" BT ‑ 1'
14,52" = 110° 27' 13,27" BT
(dikurangi karena semakin
mendekati ke titik Jakarta).
Dari selatan : 16 mm X 1,62 =
25,92"
7° 30' LS ‑ 25,92" = 7f'
29' 34,08" LS (dikurangi karena semakin mendekati equator).
Sehingga titik Triangulasi T.
932 terletak pada koordinat: 110° 27'
13,27" BT dan 7° 29' 34,08" LS. 1915
Untuk penggunaan peta 1 :
25.000, cara penghitungannya sama, hanya konstantanya diubah menjadi 0,81, yang
didapat dari :
{(5 X 60) : 18,55 1 : 20 =
0,808, dibulatkan menjadi 0,81
Luas dari 1 Sheet peta skala 1
: 25.000 adalah 5' X 5'
+ CARA 11
Dari Timur : 46 mm = (46 :
37,1) X 60 = 1 ' 14,39"
110° 28' 27,79" BT ‑ 1'
14,39" = 11 Of' 27' 13,40" BT
Dari Selatan: 16 mm = (16 :37,1)
X 60 = 25,87"
7° 30' LS ‑
25,87" = 7t' 29' 34,13" LS
Sehingga titik Triangulasi T.
932 terletak pada koordinat : I I0'' 27'
13,40" BT dan 7° 29' 34,13" LS. 1915
Pada hasil perhitungan Cara I
dan Cara II terdapat selisih 0,13" untuk BT dan 0,05" untuk LS. Hal
ini tidak jadi masalah karena masih dalam batas toleransi dan koreksi, yaitu
kurang dari 1,00".
Untuk penggunaan peta 5' X 5',
10' X 10' dan 20' X 20' tetap menggunakan pembagi 37,1. Sebaliknya, Jika ada
laporan dengan koordinat gralicule, maka cara menentukan lokasinya pada peta
adalah (Contoh) "Satu unit SRU menempati sebuah lokasi dengan koordinat
110° 27' 13,27" BT dan 7° 29' 34,08" LS, tentukan lokasi SRU tersebut
pada peta Sheet No. 47/XLI ‑ B" JAWAB : Posisi peta 47/XLI ‑B : 110° 28'
27,79" BT sehingga 110° 27, 13,27" BT 1 10 "27' 13,27 1'
14,52" ‑ 74,52"
74,52" : 1,62 = 46 mm dari timur, dan ukurlah dengan
penggaris Batas Selatan : 7°30' sehingga didapat 7030' LS ‑7029' 34.08" =
25.92" 25,92" : 1,62 = 16 mm dari selatan dan ukurlah dengan
penggaris Titik perpotongan kedua garis tersebut adalah lokasi dari SRU yang
dimaksud, yaitu 46 mm dari sisi timur dan 16 mm dari sisi selatan berada di
sekitar Tnangulasi T.932 NAVIGASI
PENDAHULUAN
Navigasi adalah pengetahuan untuk mengetahui
keadaan medan yang akan dihadapi, posisi kita di alam bebas dan menentukan arah
serta tujuan perjalanan di alam bebas.
Pengetahuan tentang navigasi darat ini meliputi
1. Pembacaan peta
2. Penggunaan kompas
3. Penggunaan tanda‑tanda alam
yang membantu kita dalam menentukan arah
Pengetahuan tentang navigasi darat ini merupakan
bekal yang sangat penting bagi kita untuk bergaul dengan alam bebas dari padang
ilalang, gunung hingga rimba belantara. Untuk itu memerlukan alat‑alat seperti
1. Peta topografi
2. Penggaris
3. Kompas
4. Konektor
5. Busur derajat
6. Altimeter
7. Pensil
PETA TOPOGRAFI
Peta adalah gambaran dari permukaan bumi yang
diperkecil dengan skala tertentu sesuai dengan kebutuhan. Peta digambarkan di
atas bidang datar dengan sistem proyeksi tertentu. Peta yang digunakan untuk
kegiatan alam bebas adalah Pete Topografi.
Peta topografi adalah suatu representasi di atas
bidang datar tentang seluruh atau sebagian permukaan bumi yang terlihat dari
atas dare diperkecil dengan perbandingan ukuran tertentu. Peta topografi
menggambarkan secara proyeksi dari sebagian fisik bumi, sehingga dengan peta
ini bisa diperkirakan bentuk permukaan bumi. Bentuk relief bumi pada peta
topografi digambarkan dalam bentuk Garis‑Garis Kontur.
Dalam menggunakan peta topografi harus
diperhatikan kelengkapan petanya, yaitu:
1. Judul Peta
Adalah
identitas yang tergambar pada peta, ditulis nama daerah atau identitas lain
yang menonjol.
2. Keterangan Pembuatan
Merupakan informasi mengenai
pembuatan dan instansi pembuat. Dicantumkan di bagian kiri bawah dari peta.
3. Nomor Peta (Indeks Peta)
Adalah angka yang menunjukkan
nomor peta. Dicantumkan di bagian kanan atas.
4. Pembagian Lembar Peta
Adalah penjelasan nomor‑nomor peta
lain yang tergambar di sekitar peta yang digunakan, bertujuan untuk memudahkan
penggolongan peta bila memerlukan interpretasi suatu daerah yang lebih luas.
5. Sistem Koordinat
Adalah perpotongan antara dua
garis sumbu koordinat. Macam koordinat adalah:
a. Koordinat Geografis
Sumbu yang digunakan adalah
garis bujur (BB dan BT), yang berpotongan dengan garis lintang (LU dan LS) atau
koordinat yang penyebutannya menggunakan garis lintang dan bujur. Koordinatnya
menggunakan derajat, menit dan detik. Misal Co 120° 32' 12" BT 5° 17'
14" LS.
b. Koordinat Grid
Perpotongan antara sumbu absis
(x) dengan ordinal (y) pada koordinat grid. Kedudukan suatu titik dinyatakan
dalam ukuran jarak (meter), sebelah selatan ke utara dan barat ke timur dari
titik acuan.
c. Koordinat Lokal
Untuk memudahkan membaca
koordinat pada peta yang tidak ada gridnya, dapat dibuat garis‑garis faring
seperti grid pada peta.
Skala bilangan dari sistem
koordinat geografis dan grid terletak pada tepi peta. Kedua sistern koordinat
ini adalah sistem yang berlaku secara internasional. Namun dalam pembacaan
sering membingungkan, karenanya pembacaan koordinat dibuat sederhana atau tidak
dibaca seluruhnya.
Misal: 72100 mE dibaca 21, 9° 9700 mN dibaca 97, dan
lain‑lain.
6. Skala Peta
Adalah perbandingan jarak di
peta dengan jarak horisontal sebenarnya di medan atau lapangan. Rumus jarak
datar dipeta dapat di tuliskan
JARAK DI PETA x SKALA = JARAK
DI MEDAN
Penulisan skala peta biasanya
ditulis dengan angka non garis (grafis).
Misalnya Skala 1:25.000,
berarti 1 cm di peta sama dengan 25 m di medan yang sebenarnya.
7. Orientasi Arah Utara
Pada peta
topografi terdapat tiga arah utara yang harus diperhatikan sebelum menggunakan
peta dan kompas, karena tiga arah utara tersebut tidak berada pada
satu garis. Tiga arah utara
tersebut adalah:
a. Utara Sebenarnya (True
North/US/TN) diberi simbol * (bintang), yaitu
utara yang
melalui Kutub Utara di Selatan Bumi.
b. Utara Peta (Grid
Nortb/UP/GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang sejajar
dengan garis jala vertikal
atau sumbu Y. Hanya ada di peta.
e. Utara Magnetis (Magnetic
North/UM) diberi simbol T (anak pariah
separuh),
yaitu Utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas. Utara magnetis selalu mengalami
perubahan tiap tahunnya (ke Barat atau ke Timur) dikarenakan oleh pengaruh
rotasi bumi. Hanya ada di medan.
Karena ketiga arah utara
tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terjadi
penyimpangan‑penyimpangan
sudut, antara lain:
a.
Penyimpangan sudut antara US ‑ UP balk ke Barat maupun ke Timur, disebut
Ikhtilaf Peta (IP) atau Konvergensi Merimion. Yang menjadi patokan adalah
Utara Sebenarnya (US).
b.
Penyimpangan sudut antara US ‑ UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut
Ikhtilaf Magnetis (IM) atau Deklinasi. Yanmg menjadi patokan adalah l Utara
sebenarnya ((IS).
c.
Penyirnpangan sudut antara UP ‑ UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut
Ikhtilaf Utara Peta‑Utara Magnetis atau Deviasi. Yang menjadi patokan adalah
Utara Pela f71').
Dengan diagram sudut
digambarkan
US UP UM
TRUE NORTH
MAGNETIS NORTH
8. Garis Kontur atau Garis Ketinggian
Garis
kontur adalah gambaran bentuk permukaan bumi pada peta topografi.
Sifat‑sifat garis kontur,
yaitu'.
a. Garis kontur merupakan
kurva tertutup sejajar yang tidak akan memotong satu
sama lain dan tidak akan
bercabang.
b. Garis kontur yang di dalam
selalu lebih tinggi dari yang di luar.
c. Interval kontur selalu
merupakan kelipatan yang sama
d. Indek kontur dinyatakan
dengan garis tebal.
e.
Semakin rapat jarak antara garis kontur, berarti semakin terjal Jika garis
kontur bergerigi (seperti sisir) maka kemiringannya hampir atau sama dengan
90°.
f. Pelana
(sadel) terletak antara dua garis kontur yang sama tingginya tetapi terpisah
satu sama lain. Pelana yang terdapat diantara dua gunung besar dinamakan PASS.
9. Titik
Triangulasi
Selain dari garis‑garis kontur dapat pula
diketahui tinggi suatu tempat dengan
pertolongan titik ketinggian, yang dinamakan titik triangulasi Titik
Triangulasi adalah suatu titik atau
benda yang merupakan pilar atau tonggak yang
menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Macam‑macam
titik triangulasi
a.
Titik Primer, I'. 14 , titik ketinggian gol.l, No. 14, tinggi 3120 mdpl. 3120
b. Titik Sekunder, S.45 , titik ketinggian
gol.II, No.45, tinggi 2340 rndpl. 2340
c. Titik Tersier, 7: 15 , titik
ketinggian gol.III No. 15, tinggi 975 mdpl
975
d. Titik Kuarter, Q.20 , titik
ketinggian gol.IV, No.20, tinggi 875 mdpl.
875
e. Titik Antara, TP.23 , titik ketinggian
Antara, No.23, tinggi 670 mdpl. 670
f. Titik Kedaster, K.131 , titik
ketinggian Kedaster, No.l 31, tg 1202 mdpl. 7202
g. Titik Kedaster
Kuarter, K.Q 1212, titik ketinggian Kedaster Kuarter, No. 1212, tinggi 1993 mdpl. 1993
10. Legenda Peta
Adalah informasi tambahan
untuk memudahkan interpretasi peta, berupa unsur yang dibuat oleh manusia
maupun oleh alam. Legenda peta yang penting
untuk dipahami antara lain:
a. Titik ketinggian
b. Jalan setapak
c. Garis batas wilayah
d. Jalan raya
e. Pemukiman
f. Air
g. Kuburan
h. Dan Lain‑Lain
MEMAHAMI PETA TOPOGRAFI
A. MEMBACA GARIS KONTUR
1. Punggungan Gunung
Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur
berbentuk huruf U, dimana Ujung dari
huruf U menunjukkan ternpat atau daerah yang lebih pendek dari kontur di atasnya.
2. Lembah atau Sungai
Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang
berbentuk n (huruf V terbalik) dengan
Ujung yang tajam.
3. Daerah landai datar dan
terjal curam
Daerah datar/landai garis
kontumya jarang jarang, sedangkan daerah terjal/curam garis konturnya rapat.
B. MENGHITUNG HARGA INTERVAL KONTUR
Pada peta skala 1 : 50.000
dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk mencari interval kontur berlaku
rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk semua peta, pada
peta GUNUNG MERAPI/1408‑244/JICA TOKYO‑1977/1:25.000, tertera dalam legenda
peta interval konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta.
Jadi untuk penentuan interval kontur belum ada rumus yang baku, namun dapat
dicari dengan:
1. Carl dua titik ketinggian
yang berbeda atau berdekatan. Misal titik A dan B.
2. Hitung selisih
ketinggiannya (antara A dan B).
3. Hitung jumlah kontur antara
A dan B.
4. Bagilah
selisih ketinggian antara A ‑ B dengan jumlah kontur antara A ‑ B, hasilnya
adalah Interval Kontur.
C. UTARA PETA
Setiap kali menghadapi peta
topografi, pertama‑tama carilah arah utara peta tersebut. Selanjutnya lihat
Judul Peta (judul peta selalu berada pada bagian utara, bagian atas dari peta).
Atau lihat tulisan nama gunung atau desa di kolom peta, utara peta adalah
bagian atas dari tulisan tersebut.
D. MENGENAL TANDA MEDAN
Selain tanda pengenal yang
terdapat pada legenda peta, untuk keperluan
orientasi harus juga digunakan
bentuk‑bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan dan mudah dikenal di peta,
disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca pada peta sebelum
berangkat ke lapangan, yaitu:
1. Lembah antara dua puncak
2. Lembah yang curam
3. Persimpangan jalan atau
Ujung desa
4. Perpotongan sungai dengan
jalan setapak
5. Percabangan dan kelokan sungai, air terjun, dan lain‑lain.
Untuk daerah yang datar dapat
digunakan‑.
1.
Persimpangan jalan
2.
Percabangan sungai, jembatan, dan lain‑lain.
E. MENGGUNAKAN PETA
Pada perencanaan perjalanan
dengan menggunakan peta topografi, sudah
tentu titik awal dan titik
akhir akan diplot di peta. Sebelurn berjalan catatlah:
1. Koordinat titik awal (A)
2.
Koordinat titik tujuan (B)
3. Sudut
peta antara A ‑ B
4. Tanda
medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A ‑ B
5. Berapa
panjang lintasan antara A ‑ B dan berapa kira‑kira waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan lintasan A ‑B.
Yang perlu diperhatikan dalam
melakukan suatu operasi adalah
+ Kita
harus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun di peta.
+ Gunakan
tanda medan yang jelas balk di medan dan di peta.
+ Gunakan
kompas untuk melihat arah perjalanan kita, apakah sudah sesuai dengan
tanda medan yang kita gunakan sebagai
patokan, atau belum.
+
Perkirakan berapa jarak lintasan. Misal medan datar 5 krn ditempuh selama 60
menit dan medan mendaki ditempuh selama 10 menit.
+ Lakukan
orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan.
+
Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan
perubahan arah perjalanan. Misalnya dari pnggungan curam menjadi punggungan
landai, berpindah punggungan, menyeberangi sungai, ujung lembah dan lain‑lainnya.
+ Panjang
lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuat lintasan dengan
jalan membuat garis (skala vertikal dan horisontal) yang disesuaikan dengan
skala peta. Gambar garis lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan
kemiringan lintasan juga penampang dan bentuk peta. Panjang lintasan diukur
dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan didapatkan panjang lintasan
sebenarnya.
F. MEMAHAMI CARA PLOTTING DI PETA
Plotting adalah menggambar
atau membuat titik, membuat garis dan tandatanda tertentu di peta. Plotting
berguna bagi kita dalam membaca peta. Misalnya Tim Bum berada pada koordinat
titik A (3986 : 6360) + 1400 m dpl. SMC memerintahkan Tim Buni agar menuju
koordinat titik T (4020 : 6268) + 1301 mdpl. Maka langkah‑langkah yang harus
dilakukan adalah :
a.
Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan dimuali
dari sumbu X dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y).
b.
Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tank garis dari A ke T, kemudian
dengan busur derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A ‑ T dari titik A ke
arah garis AT. Pembacaan sudut menggunakan Sistem Azimuth (0" ‑360°)
searah putaran jarum Jain. Sudut ini berguna untuk mengorientasi arah dari A ke
T.
c.
Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T.
Interprestasi ini dapat berupa garis lurus ataupun berkelok‑kelok mengikuti
jalan setapak, sungai ataupun punggungan. Harus dipaharni betul bentuk garis
garis kontur.
Plotting lintasan dan
memperkirakan waktu tempuhnya. Faktor‑faktor yang mempengaruhi waktu tempuh :
+ Kemiringan lereng + Panjang
lintasan
+ Keadaan dan kondisi medan
(misal hutan lebat, semak berduri atau gurun pasir).
+ Keadaan cuaca rata‑rata.
+ Waktu pelaksanaan (yaitu
pagi slang atau malam).
+ Kondisi
fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa.
G. MEMBACA KOORDINAT
Cara menyatakan koordinat ada
dua cara, yaitu:
1. Cara
Koordinat Peta
Menentukan koordinat ini
dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan. Penunjukkan koordinat ini
menggunakan
a. Sistem
Enam Angka Misal, koordinat titik A
(374;622), titik B (377;461) b. Cara Delapan Angka Misal, koordinat titik A (3740;6225), titik B
(3376;4614)
2. Cara
Koordinat Geografis
Untuk Indonesia sebagai
patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106° 4$' 27,79".
Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di
sebelah barat kota Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai
patokan letak lintang adalah garis ekuator (sebagai 0). Untuk koordinat
geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk letak peta.
H. SUDUT PETA
Sudut peta dihitung dari utara
peta ke arah garis sasaran searah jarum jam.
Sistem pembacaan sudut dipakai
Sistem Azimuth (0° ‑ 360°). Sistem Azimuth
adalah sistem yang menggunakan
sudut‑sudut mendatar yang besarnya dihitung
atau diukur sesuai dengan arah
jalannya jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah utara). Bertujuan untuk
menentukan arah‑arah di medan atau di peta serta untuk melakukan pengecekan
arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tersebut adalah arah
lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan.
Sistem penghitungan sudut
dibagi menjadi dua, berdasar sudut kompasnya
AZIMUTH : SUDUT KOMPAS
BACK AZIMUTH : Bila sudut
kompas > 180° maka sudut kompas dikurangi
180°. Bila sudut kompas < 1800
maka sudut kompas ditambah 180°.
I. TEKNIK MEMBACA PETA
Prinsipnya . " Menentukan
posisi dari arah perjalanan dengan membaca
peta dan menggunakan teknik orientasi dan resection, bila keadaan memungkinkan " Titik Awal : Kita
harus tahu titik keberangkatan kita, balk itu di peta maupun di lapangan. Plot titik tersebut di
peta dan catat koordinatnya.
Tanda Medan : Gunakan tanda medan yang jelas (punggungan yang menerus,
aliran sungai, tebing, dll) sebagai guide line atau pedoman arah perjalanan.
Kenali tanda medan tersebut dengan menginterpretasikan peta.
Arah Kompas : Gunakan kompas untuk
melihat arah perjalanan kita. Apakah sesuai dengan arah punggungan atau sungai
yang kita susuri.
Taksir Jarak : Dalam berjalan,
usahakan selalu menaksir jarak dan selalu memperhatikan arah perjalanan. Kita
dapat melihat kearah belakang dan melihat jumalah waktu yang kita pergunakan.
Jarak dihitung dengan skala peta sehingga kita memperoleh perkiraan jarak di
peta. Perlu diingat, bahwa taksiran kita itu tidak pasti.
+10' X 10'
untuk peta 1 : 50.000
+ 20'
X 20' untuk peta 1 : 100.000
Untuk
peta ukuran 20' X 20' disebut juga LBD, sehingga pada 20' pada garis sepanjang
khatulistiwa (40.068 km) merupakan paralel terpanjang.
40.068
km: (360° : 20') = 40.068 km: (360° : 1/3) = 40.068 km: (360° X 3) 40.068 km :
1080 = 37,1 km
Jadi
20' pada garis sepanjang khatulistiwa adalah 37,1 km. Jarak 37,1 km kalau digambarkan dalam peta skala 1
: 50.000 akan mempunyai jarak : 37,1 km = 3.710.000 cm. Sehingga dipeta :
3.710.000: 50.000 = 74,2 cm.
Akibatnya I
LBD peta 20' x 20' skala 1 : 50.000 di sepanjang khatulistiwa berukuran 74,2 X
74,2 cm. Hal ini tidak praktis dalam pemakaiannya.
3. Lembar Peta
Dikarenakan LBD tidak praktis
pemakaiannya, karena terlalu lebar. Maka tiap LBD dibagi menjadi 4 bagian
dengan ukuran masing‑masing 10' X 10' atau 37,1 X 37,1 cm. Tiap‑tiap bagian itu
disebut Lembar Peta atau Sheet, dan diberi huruf A, B, C, D. Jika skala peta
tersebut 1 : 50.000, maka peta itu mempunyai ukuran 50.000 X 37,1 = 1.855.000
cm = 18,55 km (1ihat gambar).
4. Penomoran Lembar Peta
a. Meridian (garis bujur) yang melalui Jakarta
adalah 106° 48' 27,79" BT, dipakai sebagai meridian pokok untuk penornoran
peta topografi di Indonesia. Jakarta sebagai grs bujur 0
b. Panjang dari Barat ke Timur = 46° 20', tetapi
daerah yang dipetakan adalah mulai dari 12" sebelah barat meridian
Jakarta. Daerah yang tidak dipetakan adalah : 106° 48' 27,79" BT ‑ (12° +
46° 20' BT) = 8' 27,79", daerah ini merupakan taut sehingga tidak penting
untuk pemetaan darat. Tetapi penomorannya tetap dibuat
Keterangan
+ Daerah
pada petak A dituliskan sheet 1/I‑A dan titik paling Utara dan paling Barat ada
di Pulau Weh.
+ Cara
pemberian nomor adalah dari Barat ke Timur dengn angka Arab (1,
2, 3, ,
139). Dari Utara ke Selatan dengan angka Romawi (I, II,
III
LI).
+ LBD
selau mempunyai angka Arab dan Romawi. Contoh : LP No.
47[XLI atau SHEET No. 47/XLI.
+ Lembar
peta selalu diben huruf, dan huruf itu terpisah dari nomor LBDnya dengan gar's
mendatar. Contoh: LP No. 47/XLI ‑ B.
c. Pada
uraian diatas disebutkan bahwa garis bujur 0° Jakarta selalu membagi dua buah
LBD. Maka untuk lembar peta lainnya selalu dapta dihitung berapa derajat atau
menit letak lembar peta itu dan' bujur 0° Jakarta
Contoh:
Lernbar Peta No. 39/XL ‑ A terletak diantara garis 7" dan 70 10' LS serta
0° 40' dan 0° 50' Timur Jakarta. Kita harus selalu menyebutkan Lembar Peta
tersebut terletak di Barat atau Timur dan' Jakarta.
d. Pada
Lembar Peta skala 1 : 50.000, LBD‑nya dibagi menjadi 4 bagian. Tetapi untuk
peta skala 1 : 25.000, 1 LBD‑nya dibagi menjadi 16 bagian dan diberi huruf a
sampai q dengan menghilangkan huruf j
e. Mencari batas Timur dan
Selatan suatu.Sheet atau Lembar Peta.
Contoh
+ Batas Timur dari bujur
0" Jakarta adalah 47/3 X I = 15" 40' Timur Jakarta atau 15° 40' ‑ 12°
= 3° 40' BT Jakarta (batas paling Timur Sheet B).
+ Batas Selatan dan 0°
Khatulistiwa adalah 47/3 : 1 = 13" 40' atau 13° 40' 6" = 7° 40' LS.
Karena terlatak pada Lembar Peta B dalam 1 LBD, maka dikurangi 10'. Sehingga
didapat : 7° 40' ‑ 10' = 7" 30' LS
f.
Mencari nomor Lembar Peta atau Sheet.
Batas Timur Jakarta = 15" 40', sedang batas Selatan adalah 7"
30' LS. + Jumlah LBD ke Timur = 15° 40'
X 3 X 1 LBD = 47 LBD + Jumlah LBD ke
Selatan 13" 40' X 3 x 1 LBD = 41 LBD (XLI)
g.
Mencari suatu Posisi/Lokasi Contoh :
sebuah pesawat terbang jatuh pada koordinat.‑ 110° 28' BT dan 7° 30' LS. Cari nomor Lembar Petanya Caranya
adalah
+ 110° 28'
‑ 94" 40' = 15" 48'
15° 48' X 3 = 47t' 24' (batas
paling Timur)
+ 60 +
7" 30' = 13" 30'
130 30' X 3 = 40° 30' (batas
paling Selatan)
h. Perhitungan di Koordinat
Geografis
+ CARA I
Luas dari I Sheet peta adalah
10' X 10', seluas 18,55 km X 18,55 km pada peta 1 ‑ 50.000. Sehingga di dapat
(10 X 60 ‑ 18,5 5) ‑ 20 = 1,617,
dibulatken menjadi 1,62
(sebagai konstanta). Misal peta yang digunakan peta Sheet No. 47/XLI ‑ B
Triangulasi T. 932
terletak pada : 46 mm dari Timur dan 16 mm dari Selatan.
1915
Posisi Sheet 47/XLI ‑
B
1060 48` 27,79" +
30 40' = 110° 28' 27,79"
Dari Timur: 46 mm X 1,62 = 1'
l4°52"
1100 28' 27,79" BT ‑ 1'
14,52" = 110° 27' 13,27" BT
(dikurangi karena semakin
mendekati ke titik Jakarta).
Dari selatan : 16 mm X 1,62 =
25,92"
7° 30' LS ‑ 25,92" = 7f'
29' 34,08" LS (dikurangi karena semakin mendekati equator).
Sehingga titik Triangulasi T.
932 terletak pada koordinat: 110° 27'
13,27" BT dan 7° 29' 34,08" LS. 1915
Untuk penggunaan peta 1 :
25.000, cara penghitungannya sama, hanya konstantanya diubah menjadi 0,81, yang
didapat dari :
{(5 X 60) : 18,55 1 : 20 =
0,808, dibulatkan menjadi 0,81
Luas dari 1 Sheet peta skala 1
: 25.000 adalah 5' X 5'
+ CARA 11
Dari Timur : 46 mm = (46 :
37,1) X 60 = 1 ' 14,39"
110° 28' 27,79" BT ‑ 1'
14,39" = 11 Of' 27' 13,40" BT
Dari Selatan: 16 mm = (16
:37,1) X 60 = 25,87"
7° 30' LS ‑
25,87" = 7t' 29' 34,13" LS
Sehingga titik Triangulasi T.
932 terletak pada koordinat : I I0'' 27'
13,40" BT dan 7° 29' 34,13" LS. 1915
Pada hasil perhitungan Cara I
dan Cara II terdapat selisih 0,13" untuk BT dan 0,05" untuk LS. Hal
ini tidak jadi masalah karena masih dalam batas toleransi dan koreksi, yaitu
kurang dari 1,00".
Untuk penggunaan peta 5' X 5',
10' X 10' dan 20' X 20' tetap menggunakan pembagi 37,1. Sebaliknya, Jika ada
laporan dengan koordinat gralicule, maka cara menentukan lokasinya pada peta
adalah (Contoh) "Satu unit SRU menempati sebuah lokasi dengan koordinat
110° 27' 13,27" BT dan 7° 29' 34,08" LS, tentukan lokasi SRU tersebut
pada peta Sheet No. 47/XLI ‑ B" JAWAB : Posisi peta 47/XLI ‑B : 110° 28'
27,79" BT sehingga 110° 27, 13,27" BT 1 10 "27' 13,27 1'
14,52" ‑ 74,52"
74,52" : 1,62 = 46 mm dari timur, dan ukurlah dengan penggaris
Batas Selatan : 7°30' sehingga didapat 7030' LS ‑7029' 34.08" = 25.92"
25,92" : 1,62 = 16 mm dari selatan dan ukurlah dengan penggaris Titik
perpotongan kedua garis tersebut adalah lokasi dari SRU yang dimaksud, yaitu 46
mm dari sisi timur dan 16 mm dari sisi selatan berada di sekitar Tnangulasi
T.932
Comments
Post a Comment