Pucuk Krung
PUCOK KRUNG
Pucoek krung adalah objek wisata alam
yang berada kec, lhoknga kab, aceh besar, pucuk krung merupakan hulu sungai krung
raba,yang sekarang menjadi objek wisata alam yang masih sangat alami, masih
banyak satwa satwa liar yang terlindungi, dan pepohonan pepohonan yang
menjulang tinggi dengan usia yang tergolong tua, di pucok krueng kita bisa
menikmati keaneka ragaman panorama keindahan alam, berbentuk sebuah danau kecil dengan
air yang berbeda dari sungai atau mata air yang biasanya. Ini dikarenakan
pengaruh dari batuan kapur yang banyak terdapat disekitarnya. Pegunungan kapur
yang memutih disekitarnya terasa sangat kontras berpadu dengan hijaunya
pohon-pohon yang memanjatinya. Saat sampai dilokasi Pucok Krueng Raba, mata
akan langsung ditawan oleh suguhan air yang membiru, mata air disini
tiada habisnya mengalir, meski di ujung sungai, alirannya terpotong oleh sebuah
gunung kapur yang menjulang tinggi.
Tidak jelas
dari mana mata air Krueng Raba ini berasal, ada yang mengatakan dari
celah-celah batu, dan bahkan ada yang beranggapan bahwa sebenarnya di bawah
gunung kapur disini, ada sebuah sungai bawah tanah yang airnya bersumber jauh
dari pedalaman hutan Ulu Masen
Dalam cerita
masyarakat sekitar, orang tua terdulu yang mendiami daerah disini mengatakan di
pucok krueng terdapat 2 gua yang berdekatan, di tengah terdapat sebuah makam,
makam tersebut merupakan makam ulama pada tahun 1732, masyarakat disini
memanggil beliau tgk pucok krueng, beliau merupakan ulama yang berasal dari
turki, dan diyakini org yang pertama mendiami pucok krueng, pada masa itu
beliau juga membangun pondok pesantren di pucok krung dalam menyiarkan agama
islam di aceh. Di sebelah barat makam terdapat goa yang tembus ke lamno. Konon
goa tersebut merupakan tempat ritual adat pada masa dulu, saat akan
melaksanakan acara pernikahan, dan acara adat lainnya. Ritual tersebut dikenal
dengan istilah mempersunting. Mempersunting ialah menabur bersa kentan di
sekitar goa dengan di iringi doa’ doa yang terdapat dalam ayat suci alquran,
setelah itu pemuka adat melaksanakan shalat tharah secara berjamaah yng di
ikuti oleh masyarakat setempat, bwrmaksud untuk mensucikan diri dari segala hal
hal buruk yang akan terjadi, setalah ritual tersebut di jalankan, esoknya
pemuka adat kembali ke goa, untuk mengambil piring piring di sana, konon piring
tersebut ada dengan sendirinya tanpa ada yang mengetahui dari mana asal nya
dengan syarat menjalankan ritual mempersunting, piring tersebut merupakan
piring penawar segala racun, karna pada masa itu banyak korban berjatuhan saat
melaksanakan acara pernilkahan dan acara adat lainnya yang di akibatkan makanan
yang di racuni saat acara tersebut berlangsung, sedangkan goa yang disebelah
timur makam tembus ke laweung (goa tujuh) goa ini merupakan goa tempat
persembunyian dan pelarian masyarakat aceh saat Belanda melakukan agresi
militer pada tahun1873.
Demikianlah
sejarah singkat pucok krueng, dan untuk saat ini Pucok Krung di rawat dan di
kelola oleh bapak Muhammad Syarif, sebagai pemilik lahan perkebunan di Pucok Krung
Nara sumber:
|
Muhammad Syarif (Pengelola Lahan Pucok Krueng)
|
Penulis :
|
Aydarus Maulizar (anggota UKM-MAPALA FKIP Unsyiah)
|
Profil
UKM MAPALA FKIP Unsyiah,
Nama : Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala (UKM- MAPALA FKIP UNSYIAH)
Tgl
Berdiri :04 November 2011
Sekretariatan : Jalan Putroe Phang Rku IV, Lantai II,
Unsyiah
Tujuan/fungsi : Wadah pengembangan diri dalam aktivitas olahraga alam bebas, dan menyalurkan bakat, kreatifitas serta
aspirasi kepecinta alaman dan lingkungan hidup,sehingga membentuk kepribadian
hidup yang mantap, kritis, logis dan dinamis juga berperan aktif dalam
pelestarian alam dan lingkungan.
Anggota :Mahasiswa Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Syiah Kuala, yang telah memenuhi syarat-syarat yang di
teteapkan oleh pengurus UKM-MAPALA FKIP Unsyiah
Comments
Post a Comment